Mohon tunggu...
Tara Svetlana
Tara Svetlana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I'm a teenager, i don't always have the best attitude. I just try to make the best decisions for myself.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hanya Secuil Do'a Nurani

27 Desember 2011   11:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:41 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, 26 Desember 2011

Sehari setelah perayaan christmas. For your information, i’m not christian. But i do celebrate the joy of christmas eve. Sama teman yang beragama Kristen pastinya. Karena saya orang yang nggak pernah memandang teman dari segi agama apa yang dipeluknya, makanya saya juga ikut temen saya ini waktu dia ngajak ngerayain Natal bareng. Ini bukan ikut malam Misa maksudnya. Cuma sekedar ikut ngerayain buka kado sama makan-makan aja sih #akucintagratisan. LOL!

Nah ceritanya hari ini saya mau menceritakan tentang kabar yang baru aja saya denger. Bukan denger sih sebenernya, saya nguping obrolan ayah sama ibu. Jadi keluarga saya berada di ujung tanduk ekonomi. Ayah nggak ada kerja, dan usaha ibu lagi surut. Nggak tau gara-gara apa. Pokoknya yang saya tau rumah saya ini mau disita sama pihak Bank kalo selama dua tahun kedepan pinjaman + bunga Bank tersebut nggak dibayar.

Usut punya usut, ternyata awal tahun ini ibu minjem uang ke Bank buat memperluas usaha dagang makanan (rumah makan) ibu. Ternyata, Cuma selang berapa bulan, ayah kehilangan kerjaan. Ayah sebenernya udah nggak kerja dari tahun 2010. Ayah berhenti kerja dari Polisi. Nggak tau karena apa. Nah pertengahan tahun ini, ibu berminat buat memperluas daerah dagangannya ke Kelapa Gading, ayah setuju. Tapi berhubung ayah saya orang yang sangat terburu-buru, beliau main memilih tempat dan membelinya tanpa pikir panjang kalo tempat itu bakalan ramai akan pengunjung atau tidak. Setelah seminggu menjalankan usaha di tempat baru itu, keluarga saya bukannya mendapatkan untung, tapi malah buntung. Tempat usaha itu ternyata memang nggak pernah laku. Sering dilempari tanah kuburan kata orang sekitar. Dan memang, ayah pernah mendapatkan satu kain kafan diletakkan di pintu dalam warung saya. How cruel isn’t it? Saya hanya bisa bantu doa.

Dan sekarang, kita sudah di penghujung tahun. Ayah dan ibu saya tidak mendapatkan untung sepeser-pun dari hasil berdagang di Kelapa Gading. Hati saya miris melihatnya. Manalagi usaha ibu saya yang di ITC Cempaka Mas mulai menurun sejak kenaikan harga sewa tempat dan peraturan dilarang merokok di food-court. Padahal, dulunya area yang boleh merokok itu hanya di food-court. Karena pihak pengelola memasang perintah begitu, jadilah ibu saya dan pedagang disekitar foor-court merasakan imbasnya.

Saya sedih. Jujur. Dari dalam hati. Saya terus memutar otak bagaimana saya bisa membantu keluarga saya. Saya sudah mencoba mengikuti MLM. Mendengar cerita para leader sungguh membanggakan. Makanya saya tertarik. Namun setelah saya bergabung, terasa bagaimana susahnya memprospek satu orang saja. Saya masih kuliah. Jadwal kuliah saya cukup padat. Manalagi saya harus PP Depok-Matraman. Terbayang sudah berapa lama waktu saya yang terbuang sia-sia dijalan.

Tapi saya tahu. Semua hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan. Saya masih tetap berjuang untuk menawarkan produk saya walaupun saat saya baru membuka mulut untuk menawarkan, saya sudah langsung diusir dan diejek oleh siapapun. Terkadang penolakan yang seperti ini selalu bikin saya merasa tersisihkan dari dunia pergaulan. Karena, to be honest, teman saya banyak yang berasal dari keluarga kaya. Mereka nggak perlu pusing-pusing mikirin gimana cara dapet duit lebih untuk jajan besok. Sedangkan saya, untuk membeli sebuah BlackBerry saja, saya harus menabung dari kelas 2 SMA. Dan terbeli saat saya masuk kuliah.

Saat ini saya masih mencari cara agar dapat menghasilkan uang sendiri untuk membantu keluarga saya. Sebelum saya dan keluarga berubah menjadi homeless. Sempat terpikir untuk menjadi Blogger dan menerbitkan buku sendiri. Tapi nampaknya hal itu jauh sekali dari mata saya. Tapi saya tetap semangat. Mulai saat ini. Mulai dari saya. Untuk kebahagiaan keluarga saya.

Terima kasih karena sudah membaca. Mohon doa dan dukungannya agar saya menjadi penulis yang hebat seperti penulis lain di luar sana dan membahagiakan keluarga saya...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun