Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Perubahab Atap dan Menara Masjid di Indonesia

22 Oktober 2024   13:22 Diperbarui: 22 Oktober 2024   14:52 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuliah terbuka di FIB UI (dok. pribadi)

"Bu, bangunan ini bentuk atapnya apa?" tanya Pak Dio sambil memperlihatkan foto pengindelan yang ada di Kota Serang.

Bangunan ini memang berbeda, bentuk atapnya seperti bagian bawah perahu yang dibalik. 

Saya tidak langsung menjawab, tetapi membaca jenis-jenis atap yang tertulis di borang. Tidak ada pilihan untuk atap berbentuk seperti setengah lingkaran. Pilihannya atap tumpang, atap pelana, kotak, dan lainnya. Dari pilihan tersebut kami bersepakat atap pengindelan tergolong dalam bentuk lainnya.

Perihal bentuk atap, saya jadi ingat pada kegiatan kuliah terbuka yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Diskusi itu membahas beragam perubahan atap masjid di Indonesia.

Bentuk masjid yang paling lekat pada ingatan adalah atap tumpang. Masjid dengan bentuk atap tumpang yang paling lekat diingatakan adalah masjid Pancasila. Masjid ini dibangun di berbagai kota dan desa. Bentuknya seragam dengan tiga atap yang saling bertumpuk sehingga mudah dikenali.

Dahulu saya tidak pernah berpikir tentang desain masjid Pancasila. Kala itu saya berpikir, seperti itulah bangunan masjid dibuat. Ternyata anggapan masa kecil saya keliru.

Masjid-masjid kuno di Indonesia dibangun dengan memerhatikan kearifan lokal setempat. Bentuk bangunannya menyesuaikan dengan desain pembuatan rumah atau bangunan di tempatnya berada. Begitu juga dengan materialnya. 

Sebutlah masjid kuno Bayan Beleq di Lombok. Dinding masjid yang diperkirakan berusia 300 tahun ini menggunakan anyaman bambu dengan atap rumbia. Atap dari daun rumpia ini disusun sedemikian rupa dengan sudut kemiringan yang tajam agar air hujan mudah mengalir. 

Saya juga pernah berkunjung ke Tapin, Kalimantan Selatan. Di sana ada masjid Al-Mukaramah, masjid kuno yang masih terjaga dengan baik. Masjid Banua Halat ini juga memiliki atap tumpang. Atap tumpang paling atas bentuknya ramping dan lancip. Hingga kini masjid Al-Mukarammah masih berfungsi dengan baik.

Selain memiliki atap tumpang, ada pula masjid dengan atap berbentuk kubah. Masjid Menara Kudus tersebut tidak lagi menggunakan atap tumpang tetapi berbentuk kubah. Perubahan tersebut ternyata diadaptasi oleh masjid-masjid lain sehingga membuat kubah identik dengan masjid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun