Setiap bangunan tua memiliki cerita yang menguatkan keberadaan sebuah kota. Kehadiran bangunan cagar budaya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan akan tetap ada, meski wujudnya telah hilang.
Keberadaan bangunan tua juga bisa ditemui di Kota Banjarbaru. Setidaknya ada 12 objek diduga cagar budaya yang tersebar dari Kecamatan Lianganggang hingga Kecamatan Cempaka. Bentuknya berupa rumah, benda, hingga pemakaman.
Ketika pertama kali bertugas sebagai Penggiat Budaya di Kota Banjarbaru, menulusuri dan melihat ke 12 objek cagar budaya menjadi prioritas utama. Rencana pun disusun agar bisa mengisi cek list yang telah dibuat.
Perjalanan dimulai dari Kecamatan Lianganggang untuk melihat makam pahlawan Hasan Basri dan Monumen ALRI, setelah itu makam pahlawan dan pesawat peninggalan masa perang.
Baru setelah itu menyusuri jalan di dekat asrama haji untuk melihat makam Jepang. Nisan besar itu terlihat bersih meski tak terlihat juru kunci. Tak ada makam lain, hanya sebuah saja.Â
Berselang hari perjalanan kali ini menyusuri kawasan Murjani. Bisa dikatakan inilah pusat kehidupan Kota Banjarbaru. Beberapa bangunan tua berdiri tegak seakan mengelilingi lapangan yang menjadi pusat kegiatan masyarakat.
Gedung Disporabudpar berada di ujung, bersebelahan dengan gedung BKD Provinsi Kalimantan Selatan. Berselang jalan terdapat gedung yang menjadi markas Satpol PP Kota Banjarbaru.Â
Tepat di depan lapangan Murjani berdiri gagah Balaikota Banjarbaru. Inilah landscape kota yang indah dipandang.
Kawasan ini memiliki sejumlah bangunan lama yang berfungsi menjadi kantor. Tepat di ujung lapangan Murjani ada kantor Pos Indonesia. Ada juga menara air di kawasan Taman Van Der Pijl tak jauh dari lapangan Murjani.Â
Bergeser ke arah Kecamatan Cempaka, objek yang diduga cagar budaya bisa dilihat dengan mudah karena berukuran besar dan berada di tepi jalan, yaitu rumah bubungan tinggi serta mimbar dan soko guru dari masjid jami Cempaka.Â