Tangan membuka dengan kuku-kuku panjang. Perlahan dia berjalan menuju arena. Bunga-bunga ditabur. Beberapa tersangkut dihelai-helai panjang kostumnya.Â
Dia terus berjalan sembari menari. Gerakannya sedikit kaku namun terasa ekspresif. Tak lama berselang beberapa pemain bantengan, harimau, dan singa mulai mendekati.Â
Sesekali suara pecut menggelegar. Satu dua pemain bergulingan di atas tanah bertabur sekam. Suasana semakin panas saat pemain bantengan mulai trance dan bergerak liar.Â
Para biyung bergerak cepat menangkap bantengan sebelum mendekati pagar pembatas. Saya hanya menarik napas. Berada begitu dekat dengan para pemain yang tengah trance sungguh menguji keberanian.Â
Saya belum pernah sedekat ini. Mereka ada dihadapan saya dan bisa sewaktu-waktu berlari ke arah saya.Â
Benarkan, seorang harimau mendekat. Tapi dua langkah dari hadapan berbelok ke arah sinden. Memberi kode agar menyanyikan sebuah lagu. Lalu asyik berjoget.Â
Pemain lain juga berjoget namun topeng yang dikenakan sudah terlepas. Dimulutnya mengigit hio atau minyak wangi. Mereka terus menari.Â
Wajah mereka tanpa ekspresi. Beberapa terlihat matanya memutih. Ada juga yang memerah. Entah sudah berapa penari yang bergerak liar.Â
Meubah diri menjadi hewan. Mengunyah apa saja yang diluar nalar. Semua ada dihadapan hingga rasa nyeri menghilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H