Mohon tunggu...
Utari Eka Bhandiani
Utari Eka Bhandiani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang yg bercita-cita membawa perubahan bagi masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fanatisme, Penyakit yang Terlupakan

5 Agustus 2014   21:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:21 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14072224942095707430

[caption id="attachment_317919" align="aligncenter" width="300" caption="fanatisme dalam kehidupan"][/caption]


Fanatisme bisa diartikan sebahai paham atau perilaku yang menunjukan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan, biasanya orang-orang yang fanatik terhadap sesuatu memiliki cara berfikir yang sempit karena mereka berfikir tanpa didasari alasan-alasan yang kuat dan logis. Fanatisme ada beberapa jenis yaitu 1) fanatisme etnis, 2) fanatisme nasional, 3) fanatisme ideologi 4) fanatisme agama, 5) fanatisme klas sosial, sebenarnya untuk fanatisme agama bukan dari agama itu sendiri tapi kepanjangan dari fanatik etnik atau klas sosial. Karena agama sebenarnya tidak mengajarkan untuk takhlik buta , tapi individunya sendiri yang salah mempersepsikan ajaran agama yang menyebabkan munculnya fanatisme agama. Yang akhirnya muncul aliran radikalisme yang menyalahkan selainnya tanpa ada pendasaran jelas, hanya doktrin-doktrin yang diterima.


Akar-akar fanatisme terletak pada tiga pilar, yakni pilar sosiologis, pilar epistemologis, dan pilar psikologis manusia yang ketiganya, secara bersamaan, mendorong orang untuk menjadi fanatik. Pada level sosiologis, bisa memetakan faktor-faktor internal di dalam proses globalisasi dan pengaruh sosial yang membuat orang menjadi fanatik. ( http://rumahfilsafat.com )


Biasanya kefanatikan muncul karena adanya kesamaan nasib, cara pandang, dan ideologi. Seorang individu merasa tidak ada kenyamanan sehingga ia membentuk suatu kelompok yang memiliki cara pandang yang sama.

Sederhanannya sebagai contoh saat kita fanatik menggunakan produk gadget sebut saja namanya samsuri. Apa yang kita lakukan saat kita benar-benar fanatik dengan produk dari gadget samsuri tersebut? Pasti kita akan memandang jika produk selain samsuri pasti lebih jelek, gak bermutu. hanya produk itulah yang terbaik, tak ada yang lain. itu hanya contoh sederhana tentang hal fanatik.
Tapi sayangnya, banyak dari kita yang tidak menyadari jika kefanatikan terhadap suatu hal. Apa lagi kalau sudah merambah ideologi. Padahal ideologi merupakan dasar setiap langkah kita. Kefanatikan terhadap suatu hal membuat seseorang berfikiran sempit, kolot, kaku dan cenderung tertinggal. Karena cenderung menyalahkan apa diluar pemahamanlnya sehingga cenderung radikalis menghadapi perbedaan.

Contoh selainnya, kamu menganggap jika organisasi sekolah terbaik jika kamu mengikuti OSIS. Karena OSIS merupakan organisasi siswa tertinggi yang ada disekolah, dan saat kamu mengikuti OSIS pamor kamu terangkat, dan organisasi selain OSIS seperti pramuka, PMR tidak begitu penting. Sehingga kamu lebih membanggakan dengan segala kelebihan organisasi tersebut. Apa dampaknya jika kamu teralu membanggakan satu organisasi saja, dan menganggap tidak penting selainnya. Karena OSIS memiliki tempat paling tinggi, tidak dengan organisasi selainnya yang ada dibawahnya. Apakah alasan itu salah? Tidak, kita pasti tau jika OSIS memang organisasi siswa tertinggi. Tapi apakah dapat dibenarkan sikap ‘terlalu membanggakan’ seperti itu? Kita pasti tau sendiri. Apakah bisa kegiatan sekolah berjalan dengan lancar jika hanya dari pihak OSIS saja yang bergerak? Tentu saja tidak. Kita pasti membutuhkan pihak PMR dalam bantuan medis, dan pihak pramuka dalam segi kesigapan gerak. Karena setiap organiasi memiliki peranan sendiri yang perlu butuh fokus lebih. Dan perbedaan juga mewarnai setiap kegiatan disekolah, bayangkan jika disekolah hanya ada satu organiasasi saja yang ada. Seperti apa kegiatan yang ada disana?

Jadi, kefanatikan juga ada batasnya, kita boleh membanggakan apa yang kita pahami. Tapi jangan menjatuhkan pemahaman selain diluar kita. Apalagi pada saat ini banyak sekali pengaruh-pengaruh luar biasa banyak ragamnya. Kalau kita tak mencoba untuk berfikiran terbuka, mencoba menelaah setiap kelemahan dan kelebihan pengaruh-pengaruh diluar, mengambil cara pragmatis dengan mengikuti tradisi yang telah ada. Tak menutup kemungkinan “penyakit” fanatisme lambat laun akan masuk dalam pikiran kita. Apalagi kita hidup dengan berbagai macam orang yang memiliki latar belakang yang beragam. Dan kita hidup didunia dengan perkembangan yang luar biasa pesat. Bisa dibayangkan bagaiman tertinggalnya kita jika tidak benar-benar bersikap arif dan berfikiran obyektif dan terbuka. Bukankah Tuhan menciptakan perbedaan dari setiap cipataan-Nya supaya kita bisa memahami betapa besarnya kuasa Tuhan? Lalu kenapa harus menjatuhkan bahkan saling menghancurkan hal yang tidak sepaham.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌالحجرات : 13
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. “

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun