Mohon tunggu...
Utari Eka Bhandiani
Utari Eka Bhandiani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang yg bercita-cita membawa perubahan bagi masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Pendidikan Menjamin Kesuksesan?

23 Juli 2014   18:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:27 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Banyak orang-orang umum berpendapat sekolahlah yang tinggi akan menjamin kesuksesan orang tersebut nanti. Apakah benar demikian ?

Dulu ketika SD kita diajarkan bagaimana bertingkah laku yang baik, berbicara yang benar, dan saling membantu, menjadi anak yang baik dan pintar. Pendidikan itu dilakukan karena saat umur tersebut cenderung seperti air yang akan menyesuaikan bentuk wadahnya. Dan disaat masa itulah belum mampu untuk membedakan mana yang benar mana yang salah.

Dan itu berlanjut ketika SMP. Pada umur ini sudah bisa berfikir lebih mandiri dan mampu membedakan hal mana yang benar dan hal mana yang salah. Saat masa ini juga cukup krusial karena pada masa inilah orang menggalami masa transisi. Lingkungan keluarga, lingkungan teman sangat mempengaruhi cara berfikir para siswa ini. Dan dari sini lah awal kalinya pembentukan karakter yang akan berlanjut pada tahapan-tahapan selanjutnya.

Masa SMA, masa dimana siswa mampu untuk berfikir dewasa dan matang terhadap apa yang akan mereka lakukan. Dan perilaku mereka juga tidak lepas dari akumulasi dari tahapan sebelumnya. Dimasa ini pula siswa telah mengerti apa arti tanggung jawab itu sendiri. Pada masa ini pula cenderung ada gejolak emosi. Pendidikan sekolah yang diajarkan sebelumnya seolah tidak bisa menjawab pertanyaan dari permasalahan mereka. Dengan pelajaran yang hanya memberikan pertanyaan secara tekstual dan hafalan. “ Apa arti dari... , sebutkan macam-macam dari.. , kenapa hal begitu... , Siapakah penemu... “. dan seolah kepintaran para pelajar tidak begitu berarti ketika mereka menghadapi permasalahan yang sebenarnya. Mereka hanya tau arti, tapi tidak mengerti pelaksaannya. dan ketika masa-masa pendidikan terakhir bisa saja disebut kuliah inilah tahapan akhir dari pendidikan formal. Tahapan penentuan seperti apa output yang akan dihasilkan dengan pendidikan yang mereka tempuh yang lebih dari 14 tahun. Seberapa bergunakah ilmu pengetahuan yang didapatkan untuk menghadapi tantangan diluar yang luar biasa hebatnya. Ketika kita tau pendidikan saat ini lebih menekankan pada hafalan bukan ke penerapan. Yang lebih menekankan hasil dari pada kualitas.

Sudah bukan rahasia lagi jika nilai baik sekarang sangat mudah didapatkan. Seorang pengisi nilai pun juga sangat mudah sekali untuk mengisi, karena kebanyakan dari mereka berfikir dengan “image” sekolah mereka. Dengan nilai yang bagus-bagus akan mengangkat pamor dari sekolah tersebut. Begitu juga sebaliknya. Dan Ijazah-ijazah yang didapatkan mereka seolah hanya hiasan penyedap mata yang tak sesuai dengan realita.

Ditambah lagi, akhir-akhir ini banyak sekali permasalahan yang menodai pendidikan dinegara ini. Dari pembunuhan antar teman, tawuran, seks bebas dsb. Bagaimana bisa seorang yang berpendidikan bisa sampai melakukan yang bukan dilakukan oleh seorang manusia. Apa guna pendidikan selama ini ? Ketika kita melihat dilayar TV banyak sekali pejabat yang korupsi. Apakah pendidikan mereka rendah? Tentu saja tidak, mereka bukan dari lulusan SMA, SMP atau bahkan SD. Mereka ada yang menempuh pendidikan Master, Doktor atau Profesor. Mereka orang yang pintar dan berpendidikan tapi tak diimbangi dengan kemampuan mengatur emotional dan spiritual.

Disini bukan berarti pendidikan formal tidak penting. Pendidikan formal juga penting tapi bukan sebagai patokan kesuksesan seseorang. Proses belajarlah yang memiliki andil dalam semua ini. Baik dari lingkungan belajarnya, penyaji materinya dan sistem yang ada dalam lembaga pendidikan. Dan itu semua kembali pada diri mereka masing-masing.

Maka dari itu lah pendidikan tak cukup hanya pendidikan dasar tapi juga pendidikan karakter. Pendidikan dasarpun untuk apa kalau menekankan hafalan, ketika hafalan yang telah dihafalkan ternyata hanya percuma. Pendidikan dasar itu dimengerti sebagai teori awal untuk melangkah dalam praktek. Sinkronisasi antara teori dan praktek juga harus seimbang. Apa gunanya teori tanpa praktek? Tak ada hasilnya. Dan apa gunanya praktek tapi tak mengerti teorinya ? Hancur. Dan pada akhirnya pendidikan yang bagus sebaiknya menggunakan sistem yang benar yang bisa memecahkan masalah kehidupan yang tak hanya teoritis serta di imbangi dengan moral dan karakter yang dilatih dari tahapan pertama sampai tahapan terakhir. Karena kesuksesan tak melihat darimana asal sekolahnya, ijazahnya seperti apa, nilainya berapa. Kesuksesan hanya melihat orang yang berkualitas menghasilkan karya untuk sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun