Mohon tunggu...
Magang Kantor KUA Belawan
Magang Kantor KUA Belawan Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Insyaallah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PENCARI CAHAYA KEBENARAN : KISAH LUAR BIASA SEORANG MUALLAF

28 April 2021   07:04 Diperbarui: 28 April 2021   23:10 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENCARI CAHAYA KEBENARAN : KISAH LUAR BIASA SEORANG MUALLAF

 “Setiap manusia dilahirkan ibunya di atas fithrah. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” [HR. Bukhori dan Muslim]

 Manusia pada awalnya diciptakan dalam keadaan suci (fithrah) tanpa dosa dan dengan kemuliaan tak bernoda. Saat lahir ke dunia, manusia merupakan tabula rasa atau kertas kosong. Namun seiring dengan perubahannya menjadi anak-anak hingga dewasa, lingkungan di sekitarnya tentu berpengaruh besar dalam pembentukan karakter dan kehidupannya. Lingkungan yang bersih tentu akan membersihkan dirinya dan begitupun sebaliknya.

 Ada sebuah kisah dari Ibnu Jarir mengenai kefithrahan seorang manusia. Saat peperangan, sebagian dari pasukan Islam membunuh anak-anak dari pasukan musuh. Tatkala berita itu sampai kepada Rasulullah, maka beliau sangat marah. Rasulullah bertanya dengan nada yang tegas, “Mengapa mereka membunuh anak-anak?” Salah seorang dari mereka menjawab, “Ya Rasulullah, bukankah anak-anak (yang dibunuh) itu berasal dari kaum musyrikin?” Rasulullah bersabda, “Yang terbaik di antata kalian pun juga anak-anak kaum musyrikin. Ketahuilah bahwa tidak seorang pun dilahirkan kecuali dilahirkan dalam keadaan fithrah. Dia akan tetap dalam fithrahnya itu sampai lisannya sendiri mengubahnya. Maka kedua orang tuanya lah yang menyahudikan dan menasranikannya.”

 Banyak kisah pencari cahaya kebenaran yang akhirnya masuk ke dalam islam karena hidayah yang menuntunnya. Ada yang dituntun karena adanya kejadian tertentu, penyakit, lawan jenis, bahkan karena sebuah harta. Hal itu tentu merupakan rencana Allah yang ingin memberikan jalan untuk para pencari cahaya kebenaran.

 Kejadian ini juga terjadi pada seorang dosen berdarah tionghoa yang kini sudah menjadi muslim sejati. Sebelum masuk ke dalam islam, beliau merupakan sesosok yang percaya Tuhan namun tidak tahu kebenaran akan esensi Tuhan. “Seakan tahu kegelisahan dalam diri saya, Tuhan menunjukkan jalan yang tak disangka-sangka sebelumnya. Saya yang ingin sekali percaya Tuhan benar-benar dituntun untuk berada di pelukan-Nya. Sampai ketika saya bertemu seorang wanita yang dikirimkan Tuhan agar saya menjadi percaya,” tutur dosen berdarah tionghoa tersebut.

 Perlahan dia sadar bahwa wanita yang dikaguminya saat menjadi teman kuliahnya itu merupakan perantara Tuhan yang ingin mengetuk pintu hatinya. Wanita itu berkerudung lebar di universitas dengan muslim minoritas. Pada saat itu mereka kuliah di salah satu universitas di Tiongkok. Wanita itu yang juga satu jurusan dengannya tetap menunjukkan identitasnya sebagai seorang muslimah. Dia heran mengapa wanita tersebut tetap saja memakai kerudung lebar di negeri yang bahkan jauh dari tanah airnya. Bukankah dia dengan sesuka hati membuka kerudung itu? Bukankah tak ada keluarga ataupun teman yang tahu kalau dia membuka kerudung itu?

 “Ibu dan bapak saya memang tidak mengetahuinya, sahaba-sahabat saya pun begitu. Namun Tuhan saya mengetahui itu. Di mana pun saya berada, Dia tetap akan tahu apa yang saya perbuat. Lagipula, saya senang menjalankan aturan-Nya, salah satunya untuk menutup kepala saya dengan kerudung ini.” Sederhana namun membekas di hatinya. Wanita itu membuka pandangannya tentang Tuhan. Tuhan memang tak terlihat, namun dia selalu mengawasi. Itulah yang ia pahami setelah obrolannya dengan wanita yang kini menjadi isterinya.

 Hidayah memang datang dari hal-hal yang terduga. Hal itu juga terjadi kepada seorang berdarah tionghoa yang kini menjadi dosen fisika di UIN Sumatera Utara. Kegigihannya mencari cahaya Allah merupakan salah satu motivasi kepada kaum muslimin untuk selalu bersyukur karena dilahirkan dalam keadaan islam.

 “Seorang yang masuk kepada agama islam ibarat kapas putih yang suci, ia kembali suci dan bersih. Segala dosa dihapuskan dan hatinya disucikan pula,” ujar Ustaz Abdul Somad sebagai penutup.

Disusun Oleh :

Sri Zulhijjah

Utari Ramadhani

Anggi Nova Karera

Nurul Aini Harahap

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun