Menurunnya Minat Baca Siswa SD Akibat Learning Loss Semasa Pandemi di Desa Cigintung

Learning loss ialah sebuah kondisi hilangnya sebagian kecil atau sebagian besar pengetahuan atau keterampilan dalam perkembangan akademis yang biasanya diakibatkan oleh terhentinya proses pembelajaran dalam dunia pendidikan. Dan kondisi tersebut dialami oleh beberapa siswa SD yang berada di Desa Cigintung. 

Hal ini ditemukan pada saat kelompok 2 P2MB dari Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang terjun langsung ke SD untuk ikut mengajar. Dengan demikian, ini menjadi latar belakang kami membuat sebuah program kerja yang bernama "Mari Baca Mari Buka Dunia".

Pada saat kami mensosialisasikan program kerja tersebut ada pihak sekolah yang menerima dan ada pula yang menolak. Untuk pihak yang menolak memiliki alasan bahwa siswa itu akan bisa dengan sendirinya tanpa program yang kami rencanakan dan bahkan pihak pendidik mengacuhkan siswa yang tidak bisa membaca tersebut. 

Padahal salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa ialah salah satunya keterampilan membaca. Namun masih ada pendidik yang berasumsi bahwa keterampilan tersebut bisa dikuasai oleh siswa dengan sendirinya tanpa ada bantuan dari pihak pendidik sama sekali. Maka dari itu, penolakan akan program yang kami rencanakan menjadi salah satu hambatan kami dalam merealisasikan program tersebut. Lambat laun pihak sekolah menerima program yang kami sosialisasikan untuk direalisasikan.

Dalam proses berjalannya program ini kami menemukan beberapa hambatan baru. Di antaranya, ada siswa yang menolak untuk belajar membaca karena ia berpikir bahwa sudah mendapatkan pembelajaran di rumah bersama orang tua. 

Lalu ada siswa yang merasa malu juga untuk belajar membaca. Rata-rata siswa yang masih belum bisa membaca ini ditemukan di kelas tinggi yang kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya Learning loss selama 2 tahun ke belakang. Kondisi ini dapat menjadi penyebab anak berhenti melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Maka dari itu, kami berharap kepada pendidik agar bisa lebih memperhatikan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap siswa jangan sampai seorang pendidik memiliki asumsi bahwa anak dapat bisa dengan sendirinya tanpa bantuan dari pihak lain atau pihak mana pun baik itu guru dan keluarga. Karena pada dasarnya anak akan bisa karena terbiasa.