Mohon tunggu...
Politik

Tak Bisa Membedakan antara Pencitraan dan Kenyataan

14 April 2015   16:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:06 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dewasa ini sangat sulit sekali untuk membedakan anatara pencitraan dan kenyataan. Orang yang benar-benar berbuat baik malah disebut pencitraan, dan ada orang yang berbuat baik karena hanya ingin mendapat pujian malah di bilang kenyataan. Begitu juga yang terjadi pada bangsa indonesia ini. Banyak pejabat negara yang berselimut dalam kepalsuan. Mereka senantiasa berkata a b c d e tapi pada kenyataannya adalah omongkosong belaka. Pada awalnya mereka mengembar gemborkan tentang hak rakyat, kesejahteraan rakyat, tapi apa yang terjadi ketika mereka berada di puncak mereka menjadi hilang ingatan. Kata-kata yang mereka gembar-gemborkan dahulu kini hanya menjadi angin lalu. Mereka membutuhkan citra namun yang mereka lakukan untuk mendapatkan citra tersebut adalah melalui jalan kebohongan. “Sepandai-pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga baunya”. Sepandai-pandainya seseorang menyimpan kebohongan pasti akan ketahuan. Hanya demi mendapat puja-pujian, tepukan tangan,  mereka rela melakukan apapun. Citra yang sebenarnya telah digantikan oleh citra yang direkayasakan demi kepentingan mereka. Yang menjadi kekhawatiran saat ini jika kepentingan-kepentingan itu mengakibatkan kesengsaraan pada rakyat miskin dan memberi keuntungan pada orang kaya. Maka yang akan terjadi adalah orang yang miskin bertambah miskin dan orang yang kaya menjadi semakin kaya. Apabila pencitraan terus dilakukan akan terjadi sebuah krisis kepercayaan oleh rakyat kepada aparatur negara. Apabila itu terjadi pastilah akan sulit untuk menciptakan suatu negara yang adil, makmur dan sejahtera. Masyarakat tidak membutuhkan janji-janji belaka tapi membutuhkan tindakan nyata. Lebih baik bertindak sesuai dengan kenyataan yang ada daripada harus menyimpan bangkai yang lama kelamaan akan tercium baunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun