Mohon tunggu...
Rizqiutami
Rizqiutami Mohon Tunggu... Editor - Hello...

saya hanya seorang mahasiswa yang ingin menuangkan sebuah coretan dalam sebuah karya. "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain."

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Komunitas Nasi Bungkus

25 Oktober 2017   08:19 Diperbarui: 25 Oktober 2017   08:44 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: filckriver.com

Pagi dini hari, tepat pukul 02.00 WIB. Beberapa orang tampak sedang sibuk mempersiapkan nasi bungkus yang akan dibagikan untuk orang jalanan. Mereka adalah orang-orang dari komunitas nasi bungkus atau biasa disebut dengan komnasbung. relawan dalam komunitas ini masih merupakan mahasiswa universitas muhammadiyah purwokerto. Kepedulian mereka terhadap orang-orang jalanan membuat mereka rela untuk menahan kantuk. Uang yang mereka dapatkan untuk membeli nasi bungkus itu juga salah satunya berasal dari para donatur. Uang tersebut mereka gunakan untuk membeli nasi bungkus yang mereka bagikan untuk orang-orang jalanan.

Orang jalanan itu biasanya akan mulai muncul dan tertidur di emperan toko-toko. Mereka bahkan tertidur dan berjejer di sepanjang toko-toko yang ada di sudut kota. Pemandangan ini hanya bisa kita saksikan pada saat orang-orang sudah terlelap dan saat itulah dimana kota yang lalu lalang berubah menjadi tempat beristirahat bagi orang-orang jalanan. Orang-orang jalanan itu berasal dari berbagai usia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Pakaian yang mereka gunakan juga terlihat sangat lusuh.

Rasanya miris jika melihat anak-anak yang masih lugu itu tersenyum bahagia karena mendapatkan nasi bungkus. Tak lupa mereka juga mengucapkan terima kasih kepada para relawan tersebut. Bahkan ada juga yang tak segan untuk langsung memakan nasi bungkus tersebut dengan lahapnya. Mungkin selalu ada kebahagiaan sendiri bagi para relawan komnasbung itu jika melihat senyuman di wajah mereka. Hanya saja komunitas ini masih mengandalkan uang dari para donatur dan uang dari para relawan sendiri. Meskipun begitu, tentu kita berharap komnasbung ini tidak hanya ada di purwokerto saja tetapi juga ada di kota-kota lain.

Jika kita melihat pemandangan tersebut, sebenarnya ada banyak pelajaran berharga yang bisa kita ambil bersama. Tentu yang utama adalah kita harusnya lebih banyak bersyukur dengan kehidupan yang sedang kita jalani saat ini. serumit dan sebesar apapun masalah kita tentu tidak seberapa jika dibandingkan dengan mereka.

Kita masih mempunyai  rumah untuk berteduh bahkan tempat untuk berisitrahat. Tetapi orang-orang di pinggir jalan itu bahkan harus beralaskan kertas koran untuk berisitrahat. Bahkan mereka hanya bekerja sebagai peminta-minta atau mengumpukan barang bekas. Padahal mereka juga punya hak untuk dilindungi oleh negara. Mereka anak-anak itu juga punya hak untuk belajar dan juga sekolah. Tapi sayangnya mereka belum mendapatkan kesempatan itu. Jadi mari kita lebih peduli kepada orang-orang jalanan itu.

Salam hangat, Utami Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun