Mohon tunggu...
Wahyu Fajar
Wahyu Fajar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stop Diskriminasi Anak Autis

12 April 2016   10:22 Diperbarui: 12 April 2016   10:45 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai suku dan adat istiadat berbeda. Berbagai kekayaan budaya Indonesia diakui oleh dunia internasional yang menjadikan negara ini destinasi wisata terbaik di dunia. Selain itu, Indonesia juga terkenal dengan sopan santun dan keramahan para penduduknya yang membuat para wisatawan asing betah berkunjung ke Indonesia. Namun, meskipun memiliki nilai dan norma yang baik di dalam masyarakat, ada satu kebiasaan yang dilakukan segelintir orang yang suka mendiskriminasi orang lain, terutama orang-orang minoritas, kaum disabilitas, dan anak penyandang autis.

[caption caption="Sumber foto: lintasterkini.com"][/caption]Khusus anak penyandang autis, pemerhati anak berkebutuhan khusus (ABK) Eka Widyani mendesak pemerintah untuk terlibat lebih jauh dalam penanganan penyandang autisme. Sebab hingga saat ini ABK kerap masih mengalami diskriminasi saat akan mengakses pendidikan di sekolah formal. Sebagai langkah awal, Eka meminta untuk memperbanyak sekolah khusus anak autis di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Senada dengan Eka, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanti membenarkan bahwa ABK membutuhkan pendidikan khusus yang berbeda dengan anak lain. Jika dibiarkan ABK menyatu dengan anak normal lain di satu sekolah, selain akan mendapat diskriminasi, ABK kurang mendapat stimulus perkembangan dengan baik, bahkan sebaliknya ABK tidak akan berkembang secara mental maupun perkembangan lainnya.

Untuk mengatasi masalah ABK ini, baik pemerintah maupun masyarakat harus sadar bahwa mereka juga manusia, mereka bukan sesuatu yang harus dihindari, mereka juga butuh kasih sayang layaknya manusia normal. Selain itu, masyarakat juga harus disadarkan jangan memandang sebelah mata kepada ABK  dan mengucilkan mereka. Memang secara intelegensi mereka terlihat kurang, tetapi mungkin kita bisa menilai mereka dari sudut pandang lain.

Mungkin sebagai contoh kita bisa melihat cara Kota Makassar memperlakukan ABK dengan membuat Gammara Autisme atau Gerakan Masyarakat Makassar Ramah Autisme pada Hari Peduli Autis Dunia 2 April lalu yang diinisiasi Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto. Pria yang akrab disapa Danny ini menegaskan bahwa dirinya terus mengupayakan Makassar menjadi kota yang nyaman bagi semua orang, layak anak, terutama ABK.

Dalam Gammara Autisme ini juga menjadi kampanye agar masyarakat tidak lagi mendiskriminasi ABK dan memperlakukan mereka sama seperti orang normal lainnya. Danny pun berjanji akan meningkatkan kualitasi sekolah khusus ABK di Makassar dan membuat penyuluhan bagi masyarakat terkait ABK.

Ketua Para Orang Tua Autis (POAM) Makassar Sinta Meroriani Kristanto mengatakan, menindaklanjuti gagasan Walikota Makassar dalam mencanangkan kota layak autis pihaknya telah bekerja sama dengan TP PKK Makassar untuk terus memberi pengetahuan dan sosialisasi mendeteksi penyandang autis di setiap kelurahan.

Gammara Autisme bisa menjadi kabar baik bagi para orang tua yang memiliki ABK di Makassar. Bahkan kalau perlu, Gammara Autisme ini dibuat di seluruh kota di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun