Mohon tunggu...
UtamaPutranto
UtamaPutranto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Program Doktoral Komunikasi Universitas Sahid

membahas hal yang berkaitan dengan komunikasi, fotografi, musik, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

MC Baba: Fenomena Rap Tuli Melalui Analisis Teori Abjeksi Julia Kristeva

9 Juli 2024   04:34 Diperbarui: 9 Juli 2024   04:43 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pendahuluan

Musik rap mengalami perubahan signifikan sejak muncul di Bronx pada tahun 1970-an. Berawal dari pesta-pesta blok dan sekolah, DJ seperti Kool Herc memanfaatkan dua turntable untuk memperpanjang instrumental break, mengundang partisipasi penonton dan memberikan ruang bagi MC untuk menyampaikan lirik ritmis (History Cooperative, n.d.). Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, artis seperti Kurtis Blow dan grup seperti Sugarhill Gang membawa rap ke arus utama dengan hits seperti "Rapper's Delight" (History Cooperative, n.d.).

Pada 1980-an, inovasi lebih lanjut muncul dengan pengenalan teknologi sampling dan mesin drum, memungkinkan produksi musik yang lebih kompleks dan beragam (ICON Collective, n.d.). Pada 1990-an, rap berkembang menjadi berbagai sub-genre, termasuk gangsta rap yang memberikan gambaran kasar tentang kehidupan urban dan rap yang sadar sosial yang membahas masalah masyarakat yang lebih luas (PrepScholar, n.d.).

Seiring musik rap terus berkembang, tahun 2010-an memperkenalkan mumble rap, sub-genre yang dicirikan oleh penekanan pada melodi dan ritme daripada konten lirik yang jelas. Artis seperti Future, Lil Uzi Vert, dan Young Thug menjadi wajah mumble rap, mencapai kesuksesan komersial yang signifikan. Namun, mumble rap telah menjadi fenomena yang mempolarisasi dalam komunitas rap, menghadapi kritik karena kurangnya kedalaman lirik dan koherensi (LiveAbout, n.d.; PrepScholar, n.d.).

Di tengah-tengah ini, sebuah suara baru dan tak terduga muncul dari Republik Demokratik Kongo, menantang norma-norma musik rap secara mendalam---MC Baba, seorang rapper tuli yang menciptakan istilah "deaf hop" untuk menggambarkan seni miliknya. Lahir tuli, MC Baba menavigasi dunia rap tanpa kemampuan berbicara dalam arti konvensional. Sebaliknya, ia menggunakan kombinasi gerakan, ritme, dan suara vokal yang tidak membentuk kata-kata yang dikenali untuk menciptakan bentuk ekspresi unik yang melampaui komunikasi verbal tradisional. Pendekatan inovatif ini tidak hanya menantang ekspektasi tipikal tentang apa itu rapper, tetapi juga menyoroti keterbatasan dan kemungkinan inheren dari genre itu sendiri. Dengan merangkul disabilitasnya dan mengubahnya menjadi mode ekspresi artistik yang kuat, MC Baba menawarkan kritik radikal terhadap keadaan musik rap saat ini, terutama sub-genre mumble rap (Benzinga, 2024; Matooke Republic, 2024; Independent Online, 2024; India Times, 2024; Free Press Journal, 2024).

Latar Belakang dan Diskografi MC Baba

MC Baba, seorang rapper tuli dari Republik Demokratik Kongo, telah menarik perhatian dunia dengan pendekatan uniknya terhadap musik rap. Lahir dengan ketidakmampuan mendengar dan berbicara, MC Baba menghadapi banyak tantangan dalam perjalanannya menuju ketenaran. Meskipun begitu, ia berhasil menaklukkan rintangan-rintangan ini dengan memanfaatkan teknologi dan kreativitas untuk menciptakan musik yang berbicara kepada audiens di seluruh dunia.

MC Baba memulai karir musiknya sebagai bagian dari duo "La Baseron" bersama Paterne Maestro. Namun, pada tahun 2023, ia memutuskan untuk fokus pada karir solonya dan merilis lagu hits internasional pertamanya, "Oko Lela Epa Ya Nani," yang menggunakan suara ritmis untuk menyampaikan emosi mendalam tanpa menggunakan kata-kata yang dapat dikenali. Lagu ini mendapat sambutan hangat dari penonton dan berhasil menjadi viral di berbagai platform media sosial (Matooke Republic, 2024; India Times, 2024).

Kesuksesan MC Baba tidak hanya terbatas pada dunia maya. Ia juga telah tampil di berbagai panggung, menampilkan kemampuan uniknya di depan penonton langsung. Penampilannya yang penuh energi dan emosional berhasil memukau audiens dan mengukuhkan posisinya sebagai artis yang bersejarah dari Afrika (Independent Online, 2024; Free Press Journal, 2024).

Teori Julia Kristeva tentang Abjek

Konsep abjek dari Julia Kristeva, yang diperkenalkan dalam karyanya "Powers of Horror: An Essay on Abjection" (1982), meneliti proses psikologis dan budaya di mana masyarakat mendefinisikan dan menjaga batas-batasnya. Abjek mewakili apa yang dibuang, ditolak, atau dianggap tidak murni, seperti cairan tubuh, limbah, atau mayat. Abjek memprovokasi respons visceral, sering kali berupa rasa jijik atau ketakutan, karena menantang rasa identitas dan keteraturan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun