Jean Piaget berpendapat tentang tahapan-tahapan dalam perkembangan bermain anak selaras dengan perkembangan kognitif secara bertahap, yaitu terbagi dalam tahap-tahap berikut:
1. Sensory Motor Play
Pada tahap perkembangan yang paling awal ini, dimulai dari lahir sampai anak berusia kurang lebih dua tahun. Aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak dalam tahap ini sesungguhnya adalah gerakan-gerakan lanjutan dari kesenangan yang didapat dari aktivitas pada masa hidupnya seperti menangis, mencecap, dan bermain dengan lidah dan mulutnya. Aktivitas tersebut hanya mengulang kegiatan yang anak lakukan sebelumnya dan berlangsung secara terus-menerus, aktivitas tersebut oleh Piaget dinamakan reproductive assimilation. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh anak cenderung mengikuti indranya, yaitu dimulai dari gerakan secara ketidaksengajaan yang kemudian akan diulang-ulang karena anak merasa senang melakukan gerakan tersebut, seperti menyentuh suatu benda, menggerakkan tangan dengan sembarangan, atau menggerakkan tangan untuk menyentuh mainan yang berada di atasnya yang berbunyi. Dari benda-benda yang warna-warni atau bentuknya yang lucu, maka anak akan menaruh perhatian, merasa seneng, dan kemudian anak akan mengulangi kembali gerakan yang sama yang pada akhirnya gerakan yang tidak sengaja tersebut berubah menjadi gerakan yang disengaja.
Ketika anak telah mendekati usia dua tahun, ia akan semakin menyadari bahwa gerakan yang anak lakukan dalam beraktivitas adalah sepadan dengan apa yang diinginkannya, sesuatu yang sifatnya menyenangkan, serta anak mampu menggerakkan anggota badannya secara terkoodinir dengan baik meskipun gerakan yang dilakukan masih belum sempurna, contohnya dalam melempar, menendang, berjalan, berlari, melompat, memegang, memukul, dan lainnya.
2. Symbolic atau Make Belive Play
Tahap kedua ini adalah tahap Symbolic atau Make Belive Play, atau dikenal dengan tahap bermain pra operasional. Tahap ini dialami oleh anak kurang lebih berumur 2–7 tahun dengan kriteria anak telah mampu melaksanakan aktivitas bermain khayal atau bermain pura-pura dan secara representatif anak mulai mengenal simbol dari benda lain. Pada tahap ini peristiwa yang seringkali terjadi pada anak yaitu:
a. Lambat laun anak mulai mengenal bahasa yang baik dan banyak menghapal kosa kata baru yang didapat saat anak bermain atau bahkan selalu bertanya apa saja dan siapa saja terlepas dari jawabannya atau bahkan menjawabnya sendiri.
b. Anak-anak pada tahap ini memiliki minat yang luar biasa sehingga anak-anak terus mencoba untuk belajar di lingkungan umum, maju secara konsisten berdasarkan pengalaman percobaan atau penelitian mereka, mengendalikan benda yang ada di lingkungannya untuk memperoleh wawasan.
c. Anak-anak pada tahap ini mulai memiliki pilihan untuk melibatkan berbagai jenis barang dalam suasana umum sebagai gambar atau pengganti barang asli dalam latihan permainan mereka. Misalnya, anak perempuan menggunakan daun dengan ukuran berbeda untuk menggantikan atau sebagai gambar uang di pasar bermain. Anak laki-laki bermain dengan balok kayu yang diwarnai dengan spidol atau cat sebagai gambar kendaraan mainan, dll.
d. Dalam latihan bermain, pada tahap ini anak-anak semakin siap untuk bermain secara produktif atau bijaksana karena mereka lebih dekat dengan dunia nyata, ini berarti bermain adalah latihan dalam berpikir dan membimbing anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan aslinya dalam keadaan mereka saat ini. Misalnya, anak-anak mengambil bagian-bagian tertentu dalam kehidupan individu, misalnya, bertindak sebagai presiden, spesialis, pendidik, kepala kota, pengemudi, pedagang, peternak, pengrajin, dll.
3. Social Play Games With Rules
Social Play Games With Rules adalah jenis permainan yang menggunakan aturan-aturan yang berhubungan dengan cara berperilaku sosial, tahap ini terjadi pada anak-anak yang berusia sekitar 7-11 tahun yang sering disebut dengan permainan substansial fungsional. Anak pada tahap ini dapat memanfaatkan pemikiran/pemikiran objektif atau rasional dalam latihan bermainnya. Hal ini berkaitan dengan tata cara permainan dan strategi latihan bermain yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip permainan. Prinsip permainan untuk situasi ini disesuaikan dengan kemampuan anak-anak, karena aturan dianggap sederhana atau mungkin merupakan pengaturan oleh anak-anak sehingga anak-anak dengan sengaja tunduk pada aturan.
4. Games With Rules and Sports
Games With Rules and Sports adalah fase bermain ketika anak-anak berusia 11 tahun ke atas, anak-anak semakin menyukai permainan yang menggunakan standar dasar dan memiliki unsur olahraga. Bermain dan memanfaatkan permainan merupakan keputusan yang disukai oleh anak-anak karena ada unsur kejam yang memberikan kompensasi tinggi kepada anak-anak yang mahir dalam permainan tersebut. Kemudian, pada saat itu, olahraga adalah permainan dengan aturan standar atau juga semakin disukai oleh anak-anak pada tahap ini, penjelasannya hampir mirip atau mirip dengan permainan, sehingga anak-anak akan terus percaya harus melakukannya lagi dan lagi untuk mendapatkan seru.
Pemikiran Piaget mengenai fase perkembangan permainan ini menjadikan bahwa dalam bermain yang awalnya dilakukan hanya untuk mendapatkan kesenangan, setelah beberapa waktu mengalami perubahan makna dan alasan yaitu menjadi kesenangan tertentu serta kebutuhan untuk menang dan menang, serta menghasilkan produk akhir (hasil) yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H