Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai Pancasila, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan. Terbentuknya pendidikan karakter para siswa merupakan tanggungjawab semua guru.Â
Oleh karena itu, pembinaannya pun harus  dillakukan oleh guru. Dengan demikian, kurang tepat jika dikatakan bahwa mendidik para siswa agar memiliki karakter bangsa hanya ditimpahkan pada guru mata pelajaran tertentu. Jadi dapat dipahami bahwa yang menjadi dominan untuk mengajarkan pendidikan karakter bangsa adalah para guru yang relevan dengan pendidikan karakter bangsa. Tanpa terkecuali, semua guru harus menjadikan dirinya sebagai sosok teladan yang berwibawa bagi para siswanya.
Penanaman Nilai-nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter
Pancasila pada hakikatnya adalah suatu sistem nilai yang merupakan nilai-nilai luhur dan kebudayaan bangsa Indonesia, yang berakar dari unsur kebudayaan secara keseluruhan dan menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Pancasila sudah ada sejak jaman dulu dan merupakan suatu realita yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itulah yang menimbulkan tekad bangsa Indonesia untuk mewujudkannya dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya dan menghasilkan adanya pendidikan karakter.
Implementasi penanaman nilai-nilai pancasila dalam pendidikan karakter dapat dilaksanakan berbagai cara, mulai dari pembiasaan perilaku positif di lingkungan rumah, masyarakat maupun lingkungan sekolah, sampai memasukkan nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan melalui pendidikan karakter yang diterapkan dapat membekali peserta didik secara dini, agar memiliki karakter yang baik dan dapat menjadi contoh bagi generasi selanjutnya. Dengan demikian pendidikan karakter juga dapat membekali peserta didik menjadi individu yang tangguh dan sebagai warga negara yang membangun bangsa menjadi bangsa yang berkarakter kuat.
Dalam hal ini lingkungan masyarakat, guru, sekolah juga merupakan peran penting dalam pendidikan karakter. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah menerapkan gerakan Penguatan Pendidikan Indonesia (PPK) yang ditetapkan sejak 2016. Namun saat ini banyak pihak yang menggangap sepele hal ini, hingga saat ini pendidikan karakter terhadap anak sangat minim diterapkan. Akibat minimnya pendidikan karakter terhadap anak menyebabkan terjadinya krisis moral seperti masalah sosial di masyarakat, tawuran pelajar, penyalahgunaan narkoba, minum minuman keras, bullying, dll.Â
Misalnya, kasus dari Mario Dandy dan Aditya Hasibuan. Beberapa bulan terakhir ini, dunia dan media sosial diramaikan dengan perilaku anak pejabat yang melakukan tindakan semena-mena pada rekannya. Sebut saja kasus Mario Dandy Satriyo, anak seorang pejabat di kantor pajak yang menganiaya Cristalino David Ozora Latumahina hingga koma. Tujuan sebenarnya Mario Dandy menganiaya David Ozora adalah untuk menunjukkan arogansinya atau emosi sesaat, saat ia mengetahui informasi dari seseorang yang belum jelas kebenarannya.Â
Hal ini menjadi sorotan publik sekaligus mengundang banyak komentar dan pendapat yang berfokus kepada permasalahan pendidikan karakter. Menyikapi permasalahan tersebut Kemendikbudrsitek menegaskan ada masalah besar terkait pendidikan karakter yaitu intoleransi dan perundungan atau bullying. Pemerintah melalui Kemendikbudristek hingga saat ini masih berusaha untuk mengembangkan berbagai bentuk pendidikan karakter termasuk membentuk satu unit khusus.Â
Akan tetapi Kemendikbudristek mengatakan bahwa kelemahan pendidikan karakter di Indonesia disebabkan lemahnya peran masyarakat dalam pembentukan karakter yang menjadi jati diri bangsa yaitu tentang keteladanan yang diperlihatkan oleh tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun informal. Namun, tidak banyak tokoh yang bisa menjadi teladan bagi generasi muda. Para tokoh justru banyak yang bertikai dan saling serang dengan menggunakan bahasa yang kurang santun dan menunjukkan arogansi.
Dari artikel diatas dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai-nilai pancasila melalui pendidikan karakter sangat penting karena dengan harapan bisa membekali peserta didik agar memiliki karakter yang baik dan dapat menjadi contoh bagi generasi muda. Dalam hal ini lingkungan masyarakat, guru, dan sekolah juga merupakan peran penting dalam pendidikan karakter. Pendidikan karakter mempunyai kelemahan karena kurangnya peran masyarakat dalam pembentukan karakter yang menjadi jati diri bangsa yaitu tentang keteladanan yang diperlihatkan oleh tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun informal.Â
Namun hingga saat ini Kemendikbudrisitek di nilai kurang berhasil dalam membangun kepribadian atau karakter peserta didik agar berakhlak mulia. Oleh sebab itu banyak kasus yang terjadi akibat permasalahan tersebut seperti bullyng, rendahnya nilai moral, dll.Â
Dan dari kasus diatas bisa dijadikan pembelajaran bagi para orang tua untuk membantu anak-anaknya mengendalikan emosi di saat marah, sehingga tidak bertindak gegabah dan merugikan orang lain. Demi mencegah tindakan kekerasan maka yang perlu dilakukan yaitu peran orang tua dan lingkungan sekitar yang sangat penting dalam mengajarkan anak mengenai budi pekerti, empati, dan memberi contoh dalam pemecahan masalah dengan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H