Kebanyakan dari kita selalu menafsirkan bahwa ketika mendengar ucapan hipnotis berarti sesuatu hal yang, Â menyeramkan, Â mengerikan, menakutkan, Â bisa dikatakan kurang tepat dalam ruang pembahasan kita terkait dengan sosok guru yang menghipnotis padahal umumnya guru adalah orang yang mendidik, mengajar, membimbing kita kearah yang benar lantas apa yang dimaksud hipnotis disini?Â
Menurut Abdullah Munir (2010), salah satu cara untuk membangun wibawa guru adalah dengan membuat  hati para siswanya terpikat dan tertawan. Jadi guru disini sebisa mungkin membuat inisiatif untuk memikat hati para siswanya dengan performance yang dimilikinya. Di ibaratkan hati yang sudah terpikat dengan seseorang maka apapun yang diminta maupun disuruh pasti dilakukan, tidak akan ada alasan dan bantahan bermunculan.Â
Interaksi guru dalam melaksanakan pembelajaran, harapannya dalam menghipnotis siswa harus dilandasi dengan kasih sayang dan kelembutan hati. Ada yag mengatakan  terlalu lembut kepada siswa akan menghilangkan rasa wibawanya seorang guru padahal dengan kelembutanlah akan semakin menambah kewibawaan seorang guru dihadapan siswanya.
Tentu lemah lembut ketika mengajar perlu dituntut untuk tetap tegas, bukan berarti kasar menghadapi para siswa, kalau hanya lemah lembut tanpa diiringi dengan ketegasan ditakutkan nantinya guru akan dipermainkan oleh murid, ketika memang melanggar berilah nasihat yang baik hukuman yang benar -benar mendidik bermanfaat untuk kedepannya.
Seandainya siswa cenderung pemalas, Â kurang disiplin, Â lamban dalam menerima pelajaran jangan sampai keluar turur kata yang menyakitkan karena akan semakin membuat anak memberontak dan tentu guru jangan sampai memberikan hukuman yang merendahkan mereka tapi yang bisa mendorong untuk terus berusaha semaksiml mungkin dalam mengikuti pembelajaran.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H