Mohon tunggu...
Uswatun NurKhasanah
Uswatun NurKhasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas PGRI Kanjuruhan Malang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Diam adalah jeritan terkuat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengabdian Disiplin Ilmu Pendidikan Menjadi Seorang Editor

21 Juni 2023   10:09 Diperbarui: 21 Juni 2023   10:22 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/nfk65GPQ4G6xqD3j6

Sebenarnya menjadi seorang editor, bukanlah hal yang mudah. Begitu jarang jari jemari ini mengetikkan nama di belakang nama penulis. Selain itu sebuah kode etik, seorang editor adalah seseorang yang ahli dalam menyunting sebuah tulisan. Ini merupakan sebuah profesi dalam dunia literasi menulis, yang mampu mengedepankan karya tulis sederhana menjadi karya yang luar biasa dan bermutu.

Untuk menjadi seorang editor, baik itu editor karya sastra, buku referensi, ataupun karya jurnalistik, wajib hukumnya mendalami keilmuan dan keterampilan profesinya. Bila itu tidak diindahkan, maka yang terjadi adalah memperburuk karya tulis, atau malah lebih memperlakukan diri sendiri, lebih baik berhenti memberi cap terhadap diri sendiri sebagai editor.

Seorang editor, tidak serta merta muncul begitu saja. Tidak karena diangkat dengan profesi tersebut, lalu sudah mengedepankan diri sebagai tukang edit yang handal. Editor lahir dari kemampuan dasar keahlian menulis. Ditambah lagi pengetahuan yang telah kita dapat dalam bangku perkuliahan yakni mata kuliah keterampilan berbahasa tulis, sintaksis, morfofonologi dan mata kuliah lain yang berkaitan dengan keterampilan menulis. Hal itu membuktikan bahwa lulusan prodi pendidikan, tidak harus terjun sebagai pendidik,melainkan juga bisa menjadi seorang editor.

Selain keterampilan menulis yang sudah memadai, seorang editor harus terus memperkaya dirinya dengan pengetahuan literasi membaca. Hal itu ditujukan agar seorang editor mampu mengenali bahasa yang terus berkembang pesat. Saat ini bahasa lebih berkembang pesat dari pertumbuhan manusia. Jangan sampai seorang editor tidak mengenali istilah dan kosakata baru, sehingga terkesan lola dalam proses editing.

Editor dalam hal ini, harus akrab dengan kamus. Terutama kamus populer yang memuat bahasa dan kosa kata terbaru. Sehingga ketika menemukan diksi baru dalam naskah yang akan dieditnya, ia tidak terkagum-kagum. Ejaan, tata bahasa, dan perkembangan diksi, menjadi santapan seorang editor di kala waktu luang, supaya ilmunya semakin bertambah. 

Dari pembahasan di atas, bahwa tidak harus menjadi seorang pendidik, jika kita dari disiplin ilmu pendidikan. Melainkan, kita juga bisa menjadi editor yang handal karena kita telah dibekali beberapa ilmu dan keterampilan selama kita menempuh pendidikan di bangku perkuliahan untuk menjadi seorang editor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun