Mohon tunggu...
Uswatun hasanah
Uswatun hasanah Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Jean Piaget & Lev Vygotsky dalam Perkembangan Anak di Kehidupan Masyarakat

16 Oktober 2024   08:27 Diperbarui: 16 Oktober 2024   09:03 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A.Perkembangan Kognitif Anak
Kognisi mengacu pada proses berpikir, yakni keterampilan seseorang untuk mengkorelasikan, mengevaluasi, dan merenungkan suatu peristiwa atau kejadian, yang merupakan kapasitas berpikir individu. Proses kognitif berkaitan dengan kapasitas intelektual yang membedakan individu dengan beragam minat dan bakat, khususnya yang berorientasi pada ide dan pembelajaran. Terminologi "Kognitif" berasal dari "cognition", yang mengacu pada proses menafsirkan dan memahami informasi. Kognisi, secara garis besar, mengacu pada proses perolehan, pengorganisasian, dan penerapan pengetahuan.
Gagne mendefinisikan kognisi sebagai proses internal yang terjadi di dalam sistem saraf pusat ketika seseorang terlibat dalam kegiatan berpikir. Kognitif mengacu pada keseluruhan kegiatan mental yang mencakup persepsi, pikiran, memori, dan pemrosesan informasi. Kegiatan ini memungkinkan individu mendaptkan pengetahuna, mampu mencari solusi atas suatu permasalahan, dan melakuksanakn perencanaan masa depan. Ini mencakup semua proses psikologis yang terlibat dalam belajar, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memprediksi, menilai, dan memikirkan mengenai lingkungannya.
Artinya, karena kemapuan kognitifnya, anak memanfaatkan kemampuan kognitif untuk menggunakan alat kognitif untuk mengobservasi, membangun hubungan, mengevaluasi, dan merenungkan suatu peristiwa atau kejadian, dengan tujuan menyelesaikan masalah secara efisien dan berhasil serta memperoleh tujuan. Semakin besar tingkat rangsangan yang diterima seorang anak dari interaksinya dengan lingkungan berbanding lurus dengan keterlibatan anak tersebut dengan dunia luar, sehingga menghasilkan kecepatan pemrosesan kognitif yang semakin cepat.
Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh berbagai aspek, yang dapat dijelaskan yakni:
 Volume 4, Nomor 2, Maret 2024 581
 
Bakhrudin All Habsy, Popo Indra Malora, Dwi Rahayu Widyastutik, Trya Ayu Anggraeny
a. Hereditas, yang pertama kali dikemukakan oleh filsuf Schopenhauer, menyatakan bahwa seseorang dilahirkan dengan sifat-sifat bawaan yang tidak terpengaruh oleh lingkungannya.
b. Lingkungan, yang mengacu pada kondisi dan pengaruh eksternal terhadap individu atau sistem, merupakan inti dari teori lingkungan atau empirisme yang dikembangkan oleh John Locke yang menyatakan bahwasanya manusia pada dasarnya lahir dengan keadaan polos seperti selembar kertas kosong, tanpa tulisan atau cacat apa pun.
c. Kematangan, mengacu pada keadaan suatu organ yang telah berkembang sempurna dan mampu menjalankan peran spesifiknya.
d. Pembentukan, mengacu pada variabel luar yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan pada seseorang.
e. Minat dan bakat, yakni unsur berpengaruh yang memandu tindakan menuju tujuan tertentu dan berfungsi sebagai motivasi untuk terlibat lebih aktif dan tampil pada tingkat yang lebih tinggi.
f. Kebebasan, yang mengacu pada kemampuan orang untuk berpikir secara luas, memungkinkan mereka memilih pendekatan khusus untuk pemecahan masalah dan memilih isu berdasarkan kebutuhan masing-masing.
Dengan hasil kajian data yang di peroleh oleh peneliti melalui metode angket kuesioner menunjukan terdapat beberapa anak usia dini yang dalam perkembangannya dilingkungan masyarakat mendapatkan peraturan-peraturan dari orang tua yang berdampak pada terganggunya proses perkembangan syaraf motoric anak usai dini dikarenakan terbatasnya kesempatan anak untuk mengeksplor banyak hal yang seharusnya bisa dipelajari dan menjadi peran kognitif dalam perkembangan anak. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh para orangtua ingin anaknya mengetahui tentang hal yang bolah dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh anak.

1. Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget
Perkembangan kognitif menekankan pada pembahasan struktur berpikir. Menurut Jean Piaget, pembahasannya sebagian besar berpusat pada struktur kognitif. Dari tahun 1927 hingga 1980, dia melakukan penelitian ekstensif dan menulis publikasi tentang topik perkembangan kognitif. Berbeda dengan psikolog sebelumnya, ia menegaskan bahwa perkembangan kognitif anak-anak tidak hanya kurang maju dibandingkan orang dewasa karena keterbatasan informasi mereka, tetapi juga secara fundamental berbeda sifatnya.
 582 TSAQOFAH : Jurnal Penelitian Guru Indonesia
 
Bakhrudin All Habsy, Popo Indra Malora, Dwi Rahayu Widyastutik, Trya Ayu Anggraeny
Merujuk pada studinya, kemampuan individu dalam memperhatikan sains sangat dipengaruhi oleh tahapan pertumbuhan otak dan perubahan terkait usia (Laura A. King: 152). Piaget mengajukan teori struktur kognitif untuk menjelaskan proses dimana anak memperoleh konsepsi tentang lingkungan sekitarnya. (Loward S. Friedman dan Miriam W. Schustack, 2006; 59). Teori Piaget yang dikenal dengan epistemologi genetik bertujuan untuk mengkaji perkembangan kapasitas kognitif. Istilah "genetik" dalam konteks ini berkaitan dengan kemajuan perkembangan dan bukan warisan biologis (Hergenhahn dan Olson, 2010; 325). Menurut Piaget, anak-anak memiliki beberapa skema sensorimotor sejak lahir, yang berfungsi sebagai struktur interaksi awal mereka dengan lingkungan sekitar. Pengalaman awal anak akan dibentuk oleh skema sensorimotorik tersebut. Sederhananya, mereka hanya dapat merespons peristiwa yang dapat dimasukkan ke dalam kerangka mental yang ada, yang disebut skemata. Konsekuensinya, peristiwa-peristiwa tersebut akan menentukan batas-batas pengetahuan dan pemahaman anak. Namun, skema awal ini mengalami modifikasi sebagai akibat dari pengalaman. Setiap pengalaman terdiri dari bagian-bagian berbeda yang perlu diasimilasikan ke dalam kerangka kognitif anak. Dengan terlibat dengan lingkungan, struktur kognitif mengalami transformasi, memfasilitasi pengembangan pengetahuan pengalaman seseorang. Namun, sesuai teori Piaget, proses ini ditandai dengan langkah bertahap, seiring dengan munculnya skema baru secara konsisten dari skema yang sudah ada sebelumnya. Perkembangan intelektual anak, yang awalnya dimulai dengan reaksi refleksif terhadap lingkungan sekitar, akan berkembang hingga mereka mencapai tahap di mana mereka dapat merenungkan kejadian yang mungkin terjadi dan secara kognitif memeriksa potensi hasil yang mungkin terjadi.
Interiorisasi menyebabkan munculnya proses kognitif yang membebaskan anak dari keharusan berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitarnya, seiring dengan kemampuan bayi melakukan manipulasi simbolik. Perkembangan operasi ini memberikan upaya kompleks pada anak untuk berinteraksi dengan lingkungan, sehingga meningkatkan kapasitas mereka untuk aktivitas intelektual dengan kompleksitas yang bertambah. Karena semakin besarnya kompleksitas arsitektur kognitif anak. Begitu pula dengan struktur kognitif anak yang berperan dalam membentuk lingkungan fisiknya (Hergenhahn dan Olson, 2010:325).
2. Perkembangan Sosial
Menurut Lev Vygotsky, perolehan dan pertumbuhan pengetahuan seorang anak sangat terkait dengan interaksi sosial mereka. Interaksi dengan teman sebaya dan paparan terhadap lingkungan sekitar dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadapperkembangan kognitif mereka. Ia merumuskan teori perkembangan sosiokultural yang mencirikan pembelajaran sebagai fenomena sosial, yang memungkinkan anak-anak meningkatkan kapasitas mereka untuk belajar melalui konteks interaksi dan budayanya.
Berdasarkan pada teori yang di kemukakan oleh Vygotsky, maka dapat di simpulkan bahwasanya faktor lingkungan mengambil peran yang cukup krusial dalam perkembagan kognitif anak. Hal tersebut didasari oleh pentingnya anak dalam belajar budaya, beradaptasi serta perkebangan tutur bahasa yang terjadi pada anak.
Sebagai salah satu contoh yang membuktikan perkembangan sosial mengambil peran penting pada perkembangan kognitif anak tersebut adalah " Deny seorang siswa SMA di KOTA MALANG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam kemampuan publik speaking, bahakan dia sering mendapatkan undangan untuk menjadi master of ceremonial pada berbagai kegiatan bergengsi yang ada di kota malang, bahkan terkadang juga mendapatkan tawaran menjadi master of ceremonial di berbagai kota yang ada di provinsi jawa timur.
Selain itu juga faktor bahasa juga mengambil peranan yang esensial bagi tumbuh kembang anak. Merujuk pada Vygitsky, di bawah ini ialah fase perkembangan bahasa anak.
Tabel 2. fase perkembangan bahasa anak
Tahap Perkiraan usia Deskripsi
    Social speech ( external speech )
    0-3 tahun
   Anak berbicara untuk mengendalikan sikap dan menyampaikan ekspresi pemilikan sederhana seperti emosi
  Egocentric speech
   3-7 tahun
  Anak-anak cenderung lebih banyak berbicara dengan dirinya sendiri mengenai apa yang dilakukannya beserta alasannya.
  Inner speech
   Di atas 7 tahun hingga dewasa
  Pembicaraan batin ini ialah proses hubungan antara pikiran dan bahasa. Pada fase ini, semua orang berarti telah mempunyai fungsi mental lebih tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun