Pembelajaran Matematika Inklusi
Dosen Pengampu: Ibu Dr. Nila Ubaidah, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
Pendidikan menjadi kunci dalam membangun insan berkualitas. Kemudian, mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan juga merupakan hak setiap insan tanpa membedakan SARA atau bahkan membedakan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu. Pada dasarnya, setiap individu tentu memiliki kemampuan berbeda-beda yang tidak bisa disamaratakan. Semisal Si A pandai dalam matematika tetapi tidak suka seni, Si B yang menyukai seni tetapi sedikit lambat dalam memahami matematika. Sehingga perlu dipahami bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.Â
Salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan menakutkan adalah matematika. Padahal, matematika sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Operasi hitung yang diajarkan dalam matematika membantu kita untuk kegiatan dasar ekonomi seperti bertransaksi jual dan beli, kegiatan pokok yang dilakukan oleh tiap individu. Ini artinya, penting bagi setiap orang untuk belajar dan memahami matematika.
Bagi seseorang yang memiliki kriteria tertentu seperti anak berkebutuhan khusus, sering kali mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Sebab belajar matematika membutuhkan ketelitian serta fokus, yang mana anak dengan kebutuhan khusus sulit untuk fokus terhadap suatu hal. Oleh karenanya, diperlukan perhatian khusus dalam mengajarkan matematika kepada anak berkebutuhan khusus.Â
Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga pendidik dan sekolah yang seharusnya tidak menolak anak dengan berkebutuhan khusus. Menurut Depdiknas (2008), pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika di kelas inklusif melalui tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pada tahap pendahuluan, guru memberikan pertanyaan kepada siswa seputar materi yang akan dibahas yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing peserta didik baik reguler maupun berkebutuhan khusus. Selanjutnya tahap inti, pada tahap ini guru matematika menyampaikan materi pembelajaran menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran yang bervariasi, baiknya pula guru matematika mendapatkan pendampingan dari guru pendamping khusus (GPK) guna memfasilitasi interaksi antara guru matematika dengan siswa berkebutuhan khusus. Kemudian tahap terakhir yaitu penutup, guru mengajak seluruh peserta didik untuk menyimpulkan serta mengevaluasi baik materi maupun proses pembelajaran yang telah berlangsung.
Tiga tahapan tersebut tentu tidak jauh berbeda dari proses pembelajaran kelas reguler. Perbedaan utamanya terletak pada rencana pembelajaran efisien yang disesuaikan dengan kemampuan peserta didik serta adanya guru pendamping khusus (GPK) dalam memudahkan interaksi antara guru dengan anak berkebutuhan khusus. Perlu dipahami bahwa anak berkebutuhan khusus juga berhak mendapatkan pendidikan tanpa harus membedakan bahkan mengucilkan mereka. Sebab, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk terus bertumbuh menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H