Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah dasar memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan kesadaran sosial siswa. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah dasar memiliki arti penting bagi siswa pada pembentukan pribadi warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Depdiknas, 2006:97-104). Menurut Undang-Undang yang sesuai dengan Pendidikan Kewernegaraan Sistem Pendidikan Nasional merupakan mata ajaran wajib bagi seluruh peserta didik disemua jalur dan jenjang Pendidikan formal. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Civic Education diberikan kepada setiap warga negara Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan membentuk peserta didik menjadi warga masyarakat, warga bangsa, dan warga negara yang dapat diandalkan oleh pribadinya, keluarganya, lingkugannya, masyarakatnya, bangsanya, dan negaranya dalam mencapai cita-cita bersama (Rahayu, 2007). Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, siswa mampu mengetahui apa hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Namun, di era digital saat ini, pembelajaran PKn menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Indonesia mengalami kriris moral dan masalah karakter yang sering terjadi, tindakan seperti kekerasan, pelecehan, mencuri, perusakan properti orang lain, dan konsumsi alkohol. Faktor dari diri sendiri dan lingkungan dapat menyebabkan perilaku buruk tersebut terjadi. Anak-anak menjadi ketakutan karena melihat televisi atau internet, dan ada juga anak-anak yang mengalami kekerasan dari lingkungannya yang akan berdampak pada siswa karena karakter yang dibangun di sekolah tidak akan diterapkan sedangkan siswa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Oleh sebab itu, guru dan orang tua harus bekerja sama. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang harus mengikuti perkembangan zaman.
Dalam dunia pendidikan saat ini, mata pelajaran ini terkadang tidak diperhatikan dan dianggap sepele karena orang beropini bahwa PKn tidak mengikuti perubahan dan kurang bermanfaat untuk melawan arus persaingan global. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan sangat penting untuk mencegah warga Indonesia terpengaruh oleh dampak negatif teknologi. Anak-anak yang belajar dalam lingkungan yang menyenangkan dianggap memiliki efek positif dalam berbagai hal. Anak akan merasa senang saat berada dalam situasi yang menyenangkan. Perasaan senang secara psikologis menjadi landasan penting dalam membangun kecintaan pada belajar dan mewujudkan ketahanan belajar. Anak akan cenderung mau mempelajari semua materi yang ada dan mampu belajar dalam jangka waktu yang relatif lebih lama. Anak tidak merasa cepat bosan dan tidak mudah berputus asa ketika menghadapi materi yang menantang, ide-ide akan mengalir deras sehingga memuncul kreativitas. Dengan proses belajar yang menyenangkan, siswa dapat mengingat lebih banyak dan lebih kuat.
Dengan kemajuan teknologi, guru menghadapi tantangan dalam mengubah profil siswa Pancasila. Mereka bertanggung jawab untuk menginternalisasikan profil siswa Pancasila di era internet. Karena penerapan profil pelajar Pancasila dan proses pembelajaran PKn tidak hanya berfokus pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, siswa juga harus dididik tentang hak dan kewajibannya di dunia digital. Pelatihan yang dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan strategi pembelajaran guru PKn sangat penting selama proses pembelajaran PKn yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru untuk membantu siswa menjadi warga digital yang sadar diri (Japar et al., 2022). Keterbatasan akses internet dan perangkat digital menjadi kendala utama dalam pembelajaran PKn di era saat ini. Salah satu tantangan terbesar dalam pembelajaran PKn adalah kesenjangan digital. Di banyak daerah, terutama di wilayah terpencil, akses terhadap internet dan perangkat teknologi masih sangat terbatas mengakibatkan siswa tidak dapat mengakses materi pembelajaran secara online, yang semakin penting di era informasi saat ini. Kesenjangan digital menghambat kemampuan siswa untuk mendapatkan informasi yang relevan dan terkini terkait isu-isu kewarganegaraan.
Selain itu, keterampilan digital yang rendah baik pada siswa maupun guru juga menjadi hambatan. Banyak guru belum terlatih untuk menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran, sehingga metode pengajaran yang digunakan masih bersifat konvensional dan itu-itu saja. Sehingga membuat pembelajaran PKn terasa monoton dan kurang menarik bagi siswa. Penerapan teknologi dalam pendidikan harus didukung oleh keterampilan digital yang memadai dari para pendidik agar dapat menciptakan pengalaman belajar yang interaktif. Kurikulum PKn juga sering kali tidak responsif terhadap perkembangan zaman. Materi yang diajarkan seringkali tidak relevan dengan situasi sosial dan politik saat ini, sehingga siswa merasa kurang tertarik untuk belajar. Oleh karena itu, penting bagi pembuat kebijakan pendidikan untuk melakukan evaluasi dan revisi kurikulum secara berkala agar sesuai dengan kebutuhan generasi muda. Kurikulum PKn harus mampu menjawab tantangan zaman dan relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Di era digital, informasi tersedia dalam jumlah yang sangat besar, namun tidak semua informasi tersebut akurat atau bermanfaat. Siswa perlu dilatih untuk memilah informasi yang benar dan relevan. Pendidikan Kewarganegaraan harus mencakup pengembangan keterampilan berpikir kritis agar siswa mampu mengevaluasi sumber informasi dengan baik. Kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi sangat penting untuk membentuk warga negara yang cerdas dan bertanggung jawab (Dwi, 2023). Pendidikan Kewarganegaraan bukanlah semata-mata pelajaran yang biasa saja, karena melalui Pendidikan Kewarganegaraan dapat menciptakan generasi penerus yang cinta terhadap tanah air dan membentuk karakter manusia yang sesuai dengan identitas bangsa. Saran nya mungkin kedepannya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat dipehatikan lagi supaya proses pembelajaran bisa berjalan efektif dan efisien, dan bisa menciptakan warga masyarakat yang mencintai Tanah Air dan dapat berperan untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tantangan pembelajaran PKn di sekolah dasar di era digital memang cukup kompleks, namun bukan tidak mungkin untuk diatasi. Dengan langkah-langkah strategis yang tepat, pendidikan kewarganegaraan dapat menjadi lebih efektif dan relevan bagi siswa. Melalui kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan karakter dan kesadaran kewarganegaraan siswa. Dengan demikian, generasi muda akan lebih siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Referensi:
Dwi, I. (2023). PENGARUH MEDIA AL-QUR'AN TEMATIK DIGITAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI SMAN 1 BANJAR MARGO TULANG BAWANG (Doctoral dissertation, UIN RADEN INTAN LAMPUNG).
Gustifal, R., Septina, W. W., Adrias, A., & Alwi, N. A. (2024). Tantangan dan Strategi Implementasi Mata Pelajaran PPKn di Era Digital. Jurnal Pendidikan, Bahasa dan Budaya, 3(3), 91-100.
Japar, M., Utami, A. D., Casmana, A. R., Djunaidi, D., & Fadhillah, D. N. (2022). Membangun Kesadaran Berkonstitusi melalui Pelatihan Digital Citizenship. Jurnal Karya Abdi Masyarakat, 6(1), 46-53.
Magdalena, I., Haq, A. S., & Ramdhan, F. (2020). Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar negri bojong 3 pinang.