"Rujak tumbuknya satu bungkus, Bu. Jangan pakai nanas."
 _
 Dengan cekatan wanita penjual rujak meraciknya. Memasukkan potongan buah-buah, lalu menggilasnya dengan alat tumbuk sederhana, lumpang dan alu. Lumpangnya diletakkan di tanah, disertai tutup papan kayu yang tengahnya bolong seukuran diameter alu. Dengan begitu, rujak tidak tumpah ke mana-mana.
 _
 Lumiere memerhatikan proses itu sambil membayangkan rasanya. Ya ampun, itu pisang mentah dengan kulit-kulitnya? Hah? Buah mengkudu? Kenapa Etoile-ku menginginkan makanan seaneh ini sih, pikirnya.
 _
 Pertunjukan tumbuk-menumbuk itu selesai dengan dibungkusnya seporsi rujak. Ibu penjual menyodorkan kantong kecil itu pada lelaki di hadapannya. Lumiere menerimanya dengan tersenyum, lalu merogoh tas kecil tempatnya menyimpan uang. Ia merasa ada hal ganjil. Kosong, tidak ada uang di sana. Mengingat-ingat langkahnya, clingak-clinguk kebingungan.
 _
 "Kau jadi membayar rujaknya? Atau akan memaksa dengan jurus-jurus seperti tadi?" ibu penjual bertanya.
 _
 "Maaf, Bu. Saya kehilangan uang saya." Lumiere mengembalikan bungkusan di tangannya.