Mohon tunggu...
USWATUN HASANAH
USWATUN HASANAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Pejuang Komunikasi yang Sedang Kuliah di Jurusa Ilmu Komunikasi UNRIYO

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Respati Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Trip

Secangkir Kopi Hitam dan Sandal Jepit

9 Agustus 2021   12:00 Diperbarui: 9 Agustus 2021   12:13 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu pilihan terfavorit cafe atau warung kopi (selanjutnya disebut warkop) bagi mahasiswa ini tidak pernah sepi pengunjung. Di pagi hari pun masih ada beberapa orang yang baru datang untuk menikmati segelas kopi dan panorama pesawahan. Beberapa tahun terakhir, konsep pesawahan memang menjadi pilihan utama warung kopi di Yogyakarta, begitu pun dengan Warkop SJ (Secangkir Jawa) Sarowajan.

Sabtu malam (24/4/2021), motor matic yang aku naiki tiba di parkiran SJ. Seperti biasanya, berderet-deret motor sudah banyak berjejer di area parkir terbuka, lebih tepatnya halaman SJ. Dengan empat lampu penerangan bertiang kayu tinggi, cukup mampu menerangi area yang lebarnya kurang lebih dua kali lapangan bulu tangkis. Apa lagi cahaya bulan malam itu cukup terang, maklumlah, tiga hari lagi tanggal 15 Ramadhan, bulan akan berada tepat di atas kepala.

Di Jogja, notabene penghuninya memilih menyelesaikan aktivitas malamnya di Warkop, terutama mahasiswa dan pekerja lepas atau freelancer. Rata-rata warkop di Jogja buka dari siang sampai pagi hari, namun ada juga yang buka 24 jam non stop, salah satunya SJ. Namun demikian, ada jam istirahat khusus karyawan melaksanakan isoma di jam-jam tertentu. Bagiku datang ke SJ pada saat karyawan isoma adalah keliru karena tidak bisa langsung memesan minuman atau makanan.

Warkop SJ Sarowajan memiliki tiga jenis area yang dapat ditempati oleh pengunjung sesuai selera. Saat memasuki area SJ, pengunjung akan melihat area lesehan di sisi kanan dan ruang pemesanan di sebelah kiri. Area lesehan adalah yang paling luas dari dua area lainnya. Memiliki enam tiang penyangga atap dengan karpet plastik sebagai alas. 

Sedangkan di area kedua adalah area terbuka. Di area ini, di penuhi dengan kursi dan meja panjang terbuat dari kayu model lesung dengan kaca di bagian atas. Area yang berada di tengah-tengah warkop SS ini tidak memiliki atap. Kalau sampai hujan, ya, harus pindah ke area lain yang masih kosong.

Sedangkan area belakang adalah area pengunjung yang dilengkapi dengan kursi dan meja persegi dari bahan kayu. Bangunan ini merupakan bangunan terbuka dengan panorama pesawahan hijau. Secara keseluruhan bangunan warkop SJ menyerupai Joglo dengan atap tradisional dan tiang-tiang kayu. Beberapa tumbuhan hias gantung yang mengelilingi bangunan semakin menambah pesona dan kenyamanan SJ bagi pengunjung.

Warkop SJ Sorowajan menawarkan berbagai menu khas warkop dengan harga yang sangat terjangkau. Bahkan untuk ukuran segelas cangkir kopi pun seharga enam ribu rupiah. Padahal, sebagai cabang dari warkop Mato ---Salah satu warkop tertua di Jogja dan terkenal akan kenikmatan dan ke khasan kopi hitamnya--- harga enam ribu rupiah bukan hanya miring, mungkin jungkir balik lebih tepatnya.

Duduk untuk nongkrong bersama beberapa orang teman atau melakukan aktivitas di warung kopi dalam jangka waktu yang lama adalah lumrah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menghabiskan waktunya hampir 12 jam di SJ. Menu pesanan yang habis bukan pijakan mutlak untuk meninggalkan SJ, karena pada dasarnya makanan atau minuman yang dipesan hanyalah sebagai pelengkap saat beraktivitas atau nongkrong, bukan sebagai kebutuhan saat nongkrong.

Pengunjung yang memadati Warkop SJ rata-rata adalah mahasiswa. Mayoritas dari mereka adalah pendatang yang kemudian bermukim di Jogja dengan menyewa rumah atau kos-kosan. Aktivitas yang mereka lakukan tidak jauh dari kegiatan pelajar pada umumnya, yaitu mengerjakan tugas, berdiskusi, baca buku. 

Namun banyak juga mahasiswa yang datang untuk sekadar nongkrong, ngumpul, ngobrol, gitaran, main game dan berswafoto. Selain dari pada itu, ada pula pengunjung biasa yang mendatangi SJ, yaitu karyawan atau pekerja lepas (freelancer). Kebanyakan dari pengunjung biasa yang mendatang warkop termasuk SJ adalah orang-orang yang pada saat menjadi mahasiswa sangat menggemari warkop.

Mayoritas para pengunjung biasanya memesan minuman yang berbahan dasar kopi, khususnya laki-laki. Sedangkan kebanyakan pengunjung perempuan membeli minuman yang berbahan dasar susu atau cokelat, seperti jus dan lainnya. Sedangkan pada menu makanan, yang biasa dipesan adalah kentang goreng, singkong goreng dan nasi penyet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun