Mohon tunggu...
Eka Hendra Jatnika
Eka Hendra Jatnika Mohon Tunggu... Guru - Ust. Edu

Penulis, Trainer, Konsultan WA 085767136799

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Seri ke-4] PAKAIAN TAKWA: Pakaian Terbaik di Sisi-Nya

20 Februari 2017   13:58 Diperbarui: 21 Februari 2017   08:07 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (Q.S. al-A’raf: 27).

Seiring bertambah jumlah keturunan Bani Adam, Allah memperingatkan agar tidak mengalami kejadian yang dialami moyangnya.  Iblis laknatullah berhasil melancarkan tipu daya yang mampu mengeluarkan Nabi Adam dan Siti Hawa dari surga. Maka tanggal/lepaslah pakaian (yang disandangnya) sehingga terbuka auratnya. Iblis dan pengikutnya (sampai akhir zaman) akan senantiasa memantau dari tempat yang tidak terlihat dan akan menawarkan diri untuk menjadi pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

Allah memberikan perlindungan kepada Bani Adam berupa pakaian. Dalam firman-Nya Allah menyampaikan bahwa istri, malam, bahkan lapar dan takut adalah pakaian. Namun dari seluruh pakaian yang diberikan, Allah memberikan pakaian terbaik di sisi-Nya. Inilah pakaian takwa. Sebuah pakaian yang akan tampil menjadi bagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya.

Menurut ilmu sosial, pakaian dikategorikan sebagai kebutuhan sandang. Artinya, kebutuhan yang tidak sebentar pakai melainkan akan melekat dan menyertai seseorang di manapun dan kapan pun. Melalui asumsi ini maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa pakaian takwa akan senantiasa melekat/menyertai dan menjadi bagian/identitas diri seseorang.

Setiap orang senantiasa mendayagunakan akal-fikirannya sebelum bertindak. Di ujung tindakan, seseorang menambatkan amalnya kepada orientasi yang membuatnya bertahan dan istiqamah saat beramal. Pakaian takwa hadir dalam dua hal penting ini: pola fikir dan orientasi. Dalam setiap ayat yang berkaitan dengan takwa,kita akan menemukan kata kitab dan akherat (sisanya adalah ayat-ayat yang menjelaskan bahwa tujuan dari seluruh perintah Allah adalah supaya bertakwa). Dengan demikian, kita simpulkan bahwa pakaian takwa adalah dasar dan tujuan yang dilandaskan dan ditambatkan pada kitabullah dan akherat. Dengan kata lain pakaian takwa adalah pola fikir qur’ani dan orientasi ukhrawi.

Berpola fikir qur’ani.

Allah SWT telah menurunkan kitab al-Qur’an sebagai petunjuk hidup bagi manusia. Ibarat pelita, seseorang tidak akan mungkin menentukan arah dan tujuan gerak kecuali disesuaikan dengan kondisi yang ditunjukkan pelita tersebut. Melalui analogi ini, seorang yang berpola fikir qur’ani tidak akan menjadikan produk logika (logis/tidak logis) menjadi landasan amalnya melainkan (ditetapkan/tidak ditetapkan oleh) kitab.

Apakah pola fikir qur’ani berarti tidak usah berfikir? Salah besar dan termasuk gagal faham. Al-Qur’an mengatur bagaimana cara mendaya gunakan akal. Al-Qur’an menyampaikan bahwa orang yang bertakwa ia senantiasa berfikir agar mendapat pelajaran dari setiap kejadian.

Berorientasi ukhrowi

“Setelah hidup ada mati dan setelah dunia ada akherat” atau “dunia tempat beramal sedangkan akherat tempat memanen”, adalah dua kata mutiara yang selalu dipegang orang yang berorientasi ukhrawi. Karena keimanannya kepada akherat, ia akan berusaha menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas amalnya. Ia pun selalu memastikan amalnya ada dalam keadaan benar dan maksimal.  Ia tidak akan melakukan perbuatan sembarangan. Ucapannya senantiasa kebenaran, adil saat memutuskan, dan memperbaiki kekurangan serta memaafkan. Jiwanya tidak tenang sebelum meminta ampunan. Dunia (beserta kesenangan dan perhiasannya) dimaknai sebagai permainan dan senda gurau saja yang ia ambil hanya segenggam.

Demikianlah orang yang menjadikan takwa sebagai pakaiannya. Ia tidak akan tertipu dengan logika (yang terbatas) agar amaliahnya tercatat benar dan berbuah istana yang akan ditempatinya di akherat nanti, yaitu surga. Wallahu a’lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun