Mohon tunggu...
Eka Hendra Jatnika
Eka Hendra Jatnika Mohon Tunggu... Guru - Ust. Edu

Penulis, Trainer, Konsultan WA 085767136799

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Seri ke-2] TRAGEDI BUAH KHULDI: Pentingnya Memiliki Kemauan yang Kuat

14 Februari 2017   13:17 Diperbarui: 21 Februari 2017   08:05 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat (Q.S. Thaha/20: 115)

Ayat di atas adalah penggalan petunjuk yang Allah sampaikan kepada kita sebagai pelajaran dan peringatan dari kisah turunnya Nabi Adam dari surga. Kisah ini begitu dalam dan barangsiapa yang mengabaikan pelajaran serta peringatan dari kisah ini maka ia akan tenggelam dalam kesengsaraan dan kecelakaan. Oleh karenanya, ayat di atas diawali dengan kata  ”walaqad” yang memiliki arti Dan sesungguhnya....” yang dalam kaidah bahasa Arab adalah huruf/kata taukid, yaitu huruf/kata yang memiliki fungsi penegasan.

Allah SWT sebelumnya telah mempersilahkan kepada Nabi Adam dan istrinya untuk menggunakan seluruh potensi yang ada di surga kecuali satu hal saja yaitu “Janganlah engkau dekati pohon ini”. Tentunya bila kita dihadapkan dengan banyak hal dan hanya dilarang melakukan satu hal saja, bukanlah perkara yang berat. It’s gonna be easy.

Iblis pun melakukan tipu daya dengan membisikkan pikiran jahat kepada Nabi Adam. Dia mengajak berdialog terus menerus dengan bujuk rayu bahwa ia akan menunjukkan kepada Nabi Adam satu perkara yang akan membuat Nabi Adam (dan istrinya) kekal serta mendapatkan kerajaan yang tidak akan binasa. Inilah “buah khuldi” yang terus dihembuskan Iblis kepada Nabi Adam.

Apa yang disampaikan Iblis terus mengetuk logika Nabi Adam sampai akhirnya hadir dalam benak dan fikiran Nabi Adam dan bersemayam di dalamnya. Lambat-laun menjadi sugesti yang kian lama kian memunculkan rasa penasaran dan keinginan untuk membuktikan. Semakin Iblis meningkatkan frekuensi bujukannya maka semakin Nabi Adam dibuat lalai sampai lupa dengan perintah Allah “Jangan engkau dekati pohon ini”.Akhirnya Nabi Adam (dan istrinya) bukannya menjauhi bahkan memakan buahnya sehingga jatuhlah Nabi Adam (dan istrinya) ke dalam lembah kedurhakaan.

Wow, peristiwa yang sangat tragis. Seseorang dengan kualitas Nabi yang telah berdialog dengan Allah serta diberikan fasilitas surga, namun masih terbujuk oleh godaan Iblis. Inilah kedurhakaan pertama yang dilakukan manusia. Dan dari peristiwa ini kita bisa mengambil pelajaran serta peringatan bahwa tidak ada jaminan bagi seseorang untuk tidak terganggu oleh Iblis. Maka, jangan merasa aman. Sahabat Ali bin Abi Thalib bahkan menegaskan bahwa “Rasa aman adalah racun”. Lalu, bagaimana kita menghadapinya?

Melalui kisah Nabi Adam di atas, sebetulnya Allah berkehendak menunjukkan satu hal pokok yang harus dimiliki oleh manusia, yaitu keinginan yang kuat. Hanya dengan keinginan kuat inilah seseorang akan mampu bertahan bahkan memperjuangkan yang diyakininya. Keinginan kuat ini pula lah yang akan membuat seseorang membenci bahkan menghancurkan segala hal yang merintanginya. Dan di saat kemauan seseorang mulai luntur maka saat itulah rasa malas akan menggerogotinya sehingga ia menjadi lalai bahkan lupa dengan tugas dan tujuan utama dari keberadaannya. Melalui kisah ini Allah menyadarkan kita akan pentingnya menjadi pribadi tangguh yaitu pribadi yang memiliki keinginan kuat. Wallahu a’lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun