Mohon tunggu...
Eka Hendra Jatnika
Eka Hendra Jatnika Mohon Tunggu... Guru - Ust. Edu

Penulis, Trainer, Konsultan WA 085767136799

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Seri ke-3] KISAH HABIL-QABIL: Musuh Terberatmu adalah Dirimu Sendiri

17 Februari 2017   11:13 Diperbarui: 21 Februari 2017   08:06 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran” (Q.S. al-Jatsiyah: 23)

Setelah pasangan Nabi Adam dan Siti Hawa ada di bumi, Allah SWTmengaruniakan keturunan. Mereka dikaruniai 40 anak dalam 20 kali masa mengandung (menurut riwayat Ibnu Ishaq dalam Tafsir Al-Qurthubi). Di saat mereka dewasa, Allah memberi perintah menikahkan mereka bukan dengan saudara kembarnya. Guna memenuhi perintah itu, Nabi Adam menetapkan Qabil menikah dengan Labuda sedangkan Habil menikah dengan Iqlima.

Qabil menolak keputusan tersebut. Menurutnya, ia lah yang cocok menikah dengan Iqlima, bukan Habil. Nabi Adam pun berusaha memberikan pengertian. Namun Qabil semakin kuat mempertahankan pendapatnya. Maka, Nabi Adam mengajak Qabil mengembalikan permasalahan ini kepada Allah. Dan Allah memberikan solusi dengan perintah berkurban bagi keduanya. Siapapun yang diterima qurbannya, maka ia lah yang akan dinikahkan dengan Iqlima.

Sebagai petani, Qabil berkurban dengan seikat gandum. Entah kenapa, ia memberikan gandum seadanya saja. Sedangkan Habil berkurban dengan kambing terbaiknya. Setelah kurban dipersembahkan, Allah menerima kurban Habil dan meninggalkan kurban Qabil. Maka, Habil lah yang ditetapkan menikahi Iqlima.

Mendapati kurbannya tidak diterima, Qabil marah. Ia memendam rasa dengki kepada adiknya. Sifat inilah yang menjadi awal tragedi berdarah. Al-Qurtubhi mengatakan, “Dengki adalah dosa pertama yang dilakukan di langit dan di bumi. Di langit adalah dengkinya Iblis kepada Nabi Adam dan di bumi adalah dengkinya Qabil kepada Habil.”

Seiring waktu menuju pernikahan, kedengkian Qabil semakin memuncak. Di saat Nabi Adam sedang tidak bersama mereka, ia meluapkan perasaan dengkinya dengan kemarahan bahkan terang-terangan mengatakan akan membunuh adiknya.

Habil yang menyadari kakaknya sedang diliputi rasa marah menghadapinya dengan tenang. Kematangan jiwanya yang menyebabkan Habil tidak mudah panik. Bahkan Habil terus menyadarkan kakaknya dengan mengingatkannya pada Allah. Dengan penuh kasih-sayang ia balas perlakuan Qabil sebagaimana layaknya seorang adik. Apapun yang akan terjadi padanya, ia serahkan sepenuhnya pada Allah.

Namun Qabil telah gelap mata. Ia semakin marah dan beringas. Ketika Habil sedang beristirahat di sela-sela aktifitas menggembala kambingnya, tiba-tiba Qabil datang membawa batu dan menimpakan ke kepala Habil. Akhirnya, Habil meninggal di tangan kakaknya.

Na’udzu billahi min dzaalik. Beginilah kondisi orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai ilah-nya. Pendengaran, penglihatan, dan hatinya buta. Ayat-ayat Allah dianggap sebagai batu sandungan. Prasangkanya hanya tertuju pada kesenangan dunia semata. Tersesatlah ia. Jauh semakin sesat lagi karena Allah mengunci mati pendengaran, penglihatan, dan hatinya sehingga tidak ada yang mampu mengembalikannya ke jalan kebenaran kecuali dia sendiri. Apakah ia mau melepas hawa nafsunya untuk menjadikan Allah saja sebagai ilah-nya?. Wallau a’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun