Mohon tunggu...
Usniaty
Usniaty Mohon Tunggu... Jurnalis - Publisher

□ Spesifikasi Komunikasi Massa, Publisher, Trampil menulis melalui berbagai flatform media, penulis, esai, sastra, artikel, dan penulis buku Ontologi Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahok dan Pendukungmu, Titik

4 November 2016   07:20 Diperbarui: 4 November 2016   20:03 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jakarta bergolak hari ini 4 November 2016, banyaknya pendemo menuju kesana, ditingkah oknum media liar yang tidak bertanggung jawab. Entah kemana nalar semua oknum manusia yang katanya terpelajar, beragama dan bermoral, siapa yang salah ? Sudikah disalahkan ?

Well janganlah berpèndapat dimuka bumi dengan angkuh, 'Angkuh' itu hak preogatif Tuhan. Sesaat kini pemimpin penuh di injak-injak dengan makian dan hinaan, entah pula ajaran agama mana yang mengajarkan seperti itu ?  

Maaf, saya adalah seorang muslim, bahkan tengah mengarungi peperangan Jihad dalam kehidupan sehari-hari, berat dan sangat berat, Jihad yang paling berat adalah melawan diri sendiri. Sudah sekuat baja menahan hawa nafsu... tetapi sekuat panas enam ribu derajat celcius panas menghancurkan dan melelehkan baja.

Pada saat pemilihan pemimpin harusnya yang turun mendemo sebanyak itu .. yang turun mengawasi pemilihan, dan maaf maaf maaaaaf !!! Kalau sudah terpilih apa yang kita hendak  lakukan? Apa mau melawan aturan Tuhan? Apa hendak  dilakukan ?  Yang namanya ulil amri ya harus di patuhi. Siapa yang memilihnya ?? Masyarakat setempat itu sendiri bukan ? Maka itu cek dan ricek sebelum sebelumnya, agar belakangan memilih siapa yang dianggap kredibel, kenyataanya kini malah pilihan sendiri  dicela-hina....bukankah hal seperti itu ibarat menjilat ludah sendiri ?

Oknum media pun tidak tinggal diam, menyerang dengàn berita yang memprovokasi, sekali lagi.... wahai sesama penghuni negeri ini, ceràhkan pikiran untuk bijak memilih pemimpin  berikan pemahaman dan pendidikan politik berdemokrasi ke pada masyarakat awam, agar pada saat memilih , tidak atas dasar sebungkus mie instan, semestinya beramai-ramai mengawasi pemilihan pemimpin, ramai-ramai meneliti track record siapa pemimpin yang akan dipilih, sehingga terpilihlah pemimpin yang kredibel dicintai masyarakat.

Berhati-hatilah berdemo meneriakkan sesuatu, apalagi bila tidak jelas siapa yang musang berbulu domba, apa yang mau diperjuangkan, kalau hanya akan menciderai kemanusiaan. Ingatlah ,dan lihat contoh Rasulullah saja tidak memerangi penganut agàma lain yang ada di dalam negerinya, ajaran agama mana pun semua mengajarkan cinta kasih dan kedamaian.

Sudah banyak tokoh-tokok masyarakat, tokoh agama, bahkan masyarakat yang cerdas dan bijak, alangkah eloknya mamakai metode yang lebih beretika, lebih bijak dalam menyelesaikan masalah bangsa. Dan kembali mengingat - ingat, hargailah diri dengan menghargai pilihan 'sendiri' siapa yang terpilih, itu sudah citra pilihan anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun