Sejak awal Rocky Gerung memposisikan dirinya sebagai  "oposisi",kemampuannya sebagai pengamat politik diterapkannya dalam kapasitasnya sebagai "opposan".
Tentunya apa yang dilakukan Rocky Gerung sangat berlawanan dengan apa yang dilakukan stasiun televisi sebelah beserta kelompoknya yang memang sejak awal memposisikan dirinya sebagai pendukung Pemerintah.
Ketika banyak pihak yang menuntut Rocky Gerung untuk bersikap netral,obyektif,tidak berat sebelah,sementara pihak lain yang sejak awal terang terangan membela pemerintah tidak juga dipermasalahkan,muncul pertanyaan kemudian dimana letak "keadilan???.
Bisa dikatakan Rocky Gerung tanpa disadarinya  telah menyuarakan sebagian jeritan hati kelompok "oposisi".
Olehnya itu keberadaan/kemunculan Rocky Gerung dalam acara televisi selalu dinanti oleh para pendukung Rocky Gerung yaitu kelompok "oposisi".
Bersikap "oposisi"dalam sistem Demokrasi Indonesia  sah sah saja,tidak ada aturan yang dilanggar,justru suara oposisi dibutuhkan sebagai "masukan"untuk menilai kinerja Pemerintah,sekaligus menumbuh kembangkan budaya "kritis" agar arah pembangunan sesuai yang diharapkan.
Kritikan Rocky Gerung yang meraung raung tersebut bila disikapi positif justru sangat menguntungkan Pemerintah agar bisa "introspeksi" sekaligus bisa lebih berprestasi.
Rocky Gerung mengkritik/mengkritisi kinerja Pemerintah tanpa digaji Pemerintah,disaat yang sama ,akibat kritikan tersebut Rocky Gerung mendapatkan teguran dari banyak pihak,terutama dari pihak yang selama ini dikritisi oleh Rocky Gerung.
Mengkritisi kinerja Pemerintah secara membabi buta memang kurang elok,tapi membela pemerintah secara mati matian juga "tercela".
Jalan tengahnya bagi pihak yang tidak setuju dengan kritikan Rocky Gerung disarankan untuk tidak menonton program acara dimana Rocky Gerung dihadirkan sebagai narasumber.
Pihak tersebut disarankan untuk menonton program acara TV sebelah yang selalu tidak jemu jemu memuji dan mendukung Pemerintah.