Mohon tunggu...
Usman Jayadi
Usman Jayadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pemerhati Pendidikan

Blogger, Pemerhati Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hari Pendidikan Nasional 2015: Momentum Mewujudkan Generasi Berkarakter Pancasila

2 Mei 2015   08:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:28 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektualitas), dan tubuh (fisik) anak untuk memajukan kehidupan mereka yang selaras dengan dunianya.” Demikian yang diungkapkan Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara satu abad silam dalam memaknai apa yang dimaksud dengan pendidikan.

Memaknai hakikat pendidikan tersebut, kemudian kalau dikaitkan dengan tema peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, amat sangat sesuai yaitu “Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila”.

Kita melihat Indonesia dengan problem pendidikannya dari tahun ke tahun mengalami perubahan dan selalu menjembatani masa yang dibutuhkan oleh manusia sekarang dan apa yang akan ditujunya kelak. Namun, sekilas juga kita saksikan beberapa perubahan kebijakan pendidikan kita akhir-akhir ini seakan-akan meresahkan, membingungkan, dan tanpa kejelasan. Ketika kurikulum pendidikan diubah, dunia pendidikan kita pun bagaikan sampah. Setelah diubah pun dunia pendidikan kita kian resah.

Sepertinya, makna pendidikan yang disampaikan Ki Hajar Dewantara di atas seakan-akan lekang dari ingatan tokoh pendidikan negara kita dewasa ini. Pendidikan yang seharusnya dijadikan upaya untuk memajukan budi pekerti, dirubah menjadi upaya untuk memakmurkan diri. Pendidikan yang seharusnya dijadikan upaya untuk memajukan pikiran dan tumbuh kembang anak, dirubah menjadi upaya untuk membentuk generasi anak bangsa “membeo” terhadap negara luar.

Pendidikan negeri ini sudah tidak berdiri diatas kaki sendiri. Pendidikan negeri ini sudah jauh dari kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup yang sejati. Dan, yang lebih memperihatinkan lagi, pendidikan kita dewasa ini seperti tengah dirasuki oleh faham-faham emoral yang membanggakan diri sendiri.

Dulu, generasi Indonesia dengan kurikulum apa adanya dapat menghasilkan Pak Anis Baswedan dan tokoh-tokoh hebat masa kini yang siap berpacu di seantero jagad bumi. Kini, kurikulum kita hanyalah menghasilkan para pembual dan pendosa yang setiap hari masuk sel, dan yang lebih parah lagi oknum dari pendosa itu adalah pendidik yang sejatinya menjadi teladan untuk generasi negeri ini.

Berbagai lembaga pemerintahan dengan biaya tinggi terbentuk, hasilnya hanya menambah parah maksiat di negeri ini. Lihatlah dan renungkanlah, masih banyak tempat pendidikan yang butuh bantuan, butuh jalan untuk menelusurinya, butuh dana untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, namun sepertinya hanya berbuah keprihatinan saja. Padahal, konsep utama pendidikan yang sebenarnya adalah upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektualitas), dan tubuh (fisik) anak untuk memajukan kehidupan mereka yang selaras dengan dunianya, bukan dengan kurikulum dan lembaga pemerintahan yang mubazir.

Itulah beberapa kilas mental pendidikan negeri kita dewasa ini yang harus segera direvolusi. Menengok tema peringatan Hari Pendidikan tahun ini, kemudian marilah kita kaitkan dengan nyatanya pendidikan kita dewasa ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Cerdas” mengandung arti sempurna perkembangan akal budinya untuk berpikir dan mengerti. Manusia yang cerdas adalah manusia yang mampu membumikan visi kehidupan ke arah yang lebih baik, kemudian mampu mensinergikan akal dengan jiwa suci dalam meraih masa depan yang lebih baik.

Sedangkan, tumbuh berarti mempunyai kemajuan. Jadi, Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila dapat kita artikan sebagai sebuah upaya untuk menyempurnakan akal budi dan kemajuan berpikir generasi kita untuk hidup dan bersifat (berkarakter) seperti yang tertuang dalam Pancasila sebagai pedoman kehidupan bangsa, terlebih dunia pendidikan kita.

Generasi Pancasilais adalah generasi ber-Tuhan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, menjunjung tinggi persatuan, memiliki kepatuhan terhadap pemimpin yang bijaksana dan mengedapankan permusyawaratan dalam kehidupan, serta sejajar dan selaras dalam bingkai keadilan disetiap lini kehidupan.

Jika kita kaitkan dengan berbagai persoalan yang melanda bangsa kita dewasa ini, tentunya tema peringatan Hardiknas yang diusung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini adalah isyarat bahwa pendidikan Indonesia semoga dikembalikan kesejatiannya dengan menguatkan aqidah dan keimanan, serta memegang teguh prinsip kemanusiaan yang sama dan adil tanpa berpijak dengan dipandu komplotan asing yang mengintai dan merusak generasi bangsa. Dan, kesemuanya itu telah menjadi tujuan dari pendidikan yang diungkapkan Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara seabad yang silam, yang hanya menitikberatkan kemajuan budi pekerti untuk kemajuan kehidupan generasi bangsa.

Bukan mengagungkan Pancasila yang hanya sekedar simbol, namun jika negeri ini manusianya berkarakter Pancasila, maka negeri ini pun akan dihargai dan disucikan negeri-negeri mata duitan. Jika bangsa ini mampu menghadirkan generasi berkarakter Pancasila, maka kekayaan pun akan diraih tanpa melelang surat-surat hutang. Jika pertiwi ini mampu menghadirkan insan berkarakter Pancasila, maka merah putih akan selalu berkibar dengan bangga dan ibu pertiwi tidak akan bersedih lagi dengan senandung lagunya, “Ku lihat ibu pertiwi, sedang bersusah hati. Air matanya berlinang emas intan yang kau kenang ...”

Lagu nostalgia yang  jarang terngiang di telinga karena sengaja ditulikan dan menggantikannya dengan lagu-lagu patriotis kelas udang ini mampu menghadirkan ruh penuh makna dengan lambaian bait-bait indahnya untuk menghalau sedihnya pertiwi kita. Tersadar atau tidak, senandung lagu-lagu berbaitkan pendidikan hari ini sudah tidak lagi menjadi bagian terpenting di sekolah-sekolah. Hal ini diakibatkan karena zaman yang harus merubah karakter para pendidik untuk tidak lagi mendidik siswa-siswi miskin supaya menjadi bersemangat dalam hidupnya. Sehingga apa yang terjadi, ketika siswa-siswi yang mempunyai harta lebih, tidak lagi mementingkan buku, melainkan mementingkan kebiasaan membeli apa yang membuat setan bertepuk tangan gembira melihatnya, tanpa ilmu dan akhlak sewajarnya. Sehingga nasib siswa-siswi yang miskin pun harus terlaknat dengan kehidupan tanpa keberkahan untuk membeo kepada mereka yang tidak setara dengan dirinya.

Saya dan kita selaku insan pendidikan, wajib mengakui bahwa pendidikan kita hari ini harus berevolusi mengitari lingkaran setan. Mengapa? Karena jiwa-jiwa suci dari generasi kita harus dan tidak dapat terelakkan untuk meraih mimpi-mimpinya hanya dengan keburukan dan kebodohan. Hal ini dikarenakan karena figur yang ditirunya pun, mungkin orang bodoh dan tidak memaknai hakikatnya sebagai teladan yang selalu dijadikan pemandangan dikala buramnya semangat untuk memajukan mereka. Mari kita berkaca dari lagu kebangsaan “Indonesia Raya” pada bait Hiduplah jiwanya, bangunlah raganya, untuk Indonesia Raya” sangat mengandung arti bahwa kitalah yang menjadi sumber inspirasi dari bangkitnya generasi berkarakter Pancasila di negeri ini. Bukan dari provokasi orang-orang dan manusia pintar yang mampu menyalahkan kita sebagai pendidik di negeri ini.

Mewakili pendidik yang baik dan tidak baik di negeri ini, kepada pemerintah dan para pemangku pendidikan... kami sangat siap menghadirkan generasi berkarakter Pancasiladi negeri ini, namun dengan satu syarat biarkan kami berkreasi tanpa diprovokasi dengan kurikulum yang gonta-ganti. Jangan bedakan ikhtiar kami dengan sekolah-sekolah yang setiap hari didinginkan dengan angin buatan. Dan, perlu diingat prestasi kami bukan status PNS namun pemikiran dan kelayakan untuk membentuk generasi bangsa yang taat dan beradab.

Prinsip keadilan, prinsip kecerdasan, prinsip jiwa membangun adalah sifat-sifat Tuhan yang layak untuk kita tiru bersama. Sehingga jika prasangka-prasangka baik kita kepada Tuhan terbetuk, maka menjadikan kebaikan itu akan lebih mudah. Untuk itu, marilah kita berbahagia menyambut hari penuh dengan motivasi ini untuk merelakan matinya keburukan dunia kita di hari kemarin dan menggantinya dengan kemajuan dan berharganya diri, generasi, dan kita yang peduli dengan nasib pendidikan di negeri ini.

Marilah kita kumandangkan napas-napas harapan dengan semangat penuh pengabdian, ikhlas, dan mengharapkan ridho Tuhan dalam perjuangan kita menegakkan kebaikan, menjembatani kecerdasan, menghapus perlahan kebodohan, mengkaji pantas dan tidaknya kita menjadi inspirator dalam kerinduan generasi bangsa yang sudah lama memimpikan generasi Pancasilais untuk mereka persembahkan dan saksikan kepada Tuhan-nya, kepada Malaikat, Kepada teladannya, kepada orang tuanya, kepada gurunya, kepada nusa dan bangsa, dan kepada tanah tempat berakhirnya kebanggaan dan harga karakter mereka.

Pertiwi tak lagi menangis, hutan-hutan kembali meniupkan kebahagiaannya, sawah ladang berteriak dengan nyanyian syukurnya, dan kaki generasi berpijak dimana mimpi-mimpi harus ditinggikan. Merah putih berkibar dengan kilauan rasa bangga, pemimpin bangsa tersenyum gembira, para pejabat insyaf, para politisi membungkam busuk teorinya, para guru berjalan untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka, dan tuhan-tuhan licik tidak perlu dicari. Tuhan yang sebenarnya selalu bersama kita, yakinilah jika pendidikan itu kita maknai dengan upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektualitas), dan tubuh (fisik) anak untuk memajukan kehidupan mereka yang selaras dengan dunianya.” Maka, Generasi berkarakter Pancasila sudah di depan mata.

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2015, Semoga menjadi inspirasi untuk terus membangun negeri. Amin!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun