Tak ada manusia Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali Segala yang telah terjadi
Kita pasti pernah Dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini Tak ada artinya lagi .........
Syair diatas adalah penggalan Lagu D’Masiv ini dirilis sekitar tahun 2009, Awal tahun itu adalah saat dimana saya sedang terpuruk-terpuruknya, tempat kerja yang lama bangkrut, pemilik perusahaan kabur, kantor disegel debt kolektor, gaji terkahir dua bulan tidak dibayar, sehingga saat itu tidak punya pekerjaan kemudian ditinggalin pacar karena ketidakjelasan masa depan, disisi lain saya membutuhkan biaya untuk hidup dan adik sekolah yang saya biaya sendiri karena ketidakmapuan kedua orang tua. Sungguh awal tahun itu adalah yang sangat menakutkan, lebih menakutkan dari sekedar menonton film Conjuring dan suzana.
Pada awalanya saat dalam kondisi terpuruk tersebut saya “menikmati” penderitaan, lho kok penderitaan dinikmati, padahal tahu bahwa Penderitaan itu tidak enak, tetapi saat itu ada keindahan di dalam perasaan sebagai korban. Setiap ada yang sedih dengan lyrik yang menyayat hati seolah-olah diri sendiri yang sedang bernyayi, menonton sinetron seperti saya yang berakting disana, Saya merasa diri dikecualikan oleh Tuhan di dalam penderitaan dan melihat kehidupan orang lain lebih baik.
Tapi Alhamdulillah perasan itu tidak berlangsung lama bersarang didalam diri, segera memperbaiki luka-luka, dan move on menuju lebih baik. Memang saat itu keadaan tidak bisa berubah secepatnya sesuai harapan, tetapi didalam Move On, yang terpenting bukanlah kecepatan bergeraknya tetapi keputusan untuk segera bergerak.”Begitu kata um Mario teguh didalam acara MTGW. Saat itu saya sudah berbesar hati dan salah satu cara untuk memperbesar hati adalah dengan ikhlas karena derita bisa membuat hati menjadi besar jika kita berikhlas. Memutuskan untuk ikhlas dan berdoa adalah jalan terbaik untuk move on dalam meninggalkan penderitaan, dan bukti terbaik dalam doa adalah melakukan sesuatu yang bisa kita lakukan karena sukses adalah dikerjakan bukan dalam harapan.
Itulah pengalaman tujuh tahun lalu seorang salesman Jongoser, hasil dari move on, berdoa ikhlas, dan segera bertindak, alhamdulillah kehidupan saat ini melebihi harapan saat itu , Alloh mengganti pekerjaan dengan lebih baik, mengganti pacar dengan seorang istri yang lebih cantik, bahkan bisa merajut mimpi-mimpi yang tekubur selama dua puluh tahun yang lalu dengan sebuah visi yang hebat dan tergambar didepan mata saya akan menjadi apa dimasa yang akan datang.
Namun dalam kenyataannya banyak manusia yang tetap enggan move on, memilih menjadi peSUMO (pecinta susah Move on) dari pada pe GAME ON (pecinta gampang move on) terjebak dalam romatika masa lalu, perasaan ingin berubah tetapi hanya menunggu perubahan dalam hidup, seperti salesman biasa berharap mencapai penjualan yang banyak, melebihi target, tapi tidak melakukan apapun, hari-hari aktivitasnya hanya luntang lantung, tidak jelas visinya. Orang seperti ini seolah olah meminta tuhan melakukan perubahan padahal perubahan itu bisa dilakukan sendiri, karena pada dasarnya tuhan tidak akan merubah sesuatu kalau itu bisa dirubah sendiri oleh manusia. Ada orang yang meratap meminta pekerjaan yang layak, gaji yang besar, posisi yang bagus tetapi dirinya tidak berusaha membuat “layak” tidak membuat dirinya “Besar” dan tidak membuat dirinya “Bagus”. Atau dalam suatu hubungan meminta pasangan yang setia tetapi dirinya tidak membuat “setia”. Saya kira orang seperti ini orang aneh. Ibarat pungguk merindukan bulan, jauh panggang dari api “ makanya visi hidupnya tidak akan “matang”,
So, Pilihan ada pada diri anda sendiri mau jadi pe-SUMO (susah move on) atau Pe-GAME ON (Gampang Move on).
Salam