Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sastra, Pantulan Realitas yang Ada di Sekitar Kita

15 Juli 2016   21:04 Diperbarui: 15 Juli 2016   21:17 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah pernyataan yang rada sedih, yang sering kita dengar, "Karya sastra itu hasil lamunan seseorang", Entahlah, apakah dia itu,  pernah belajar sastra atau memang tidak pernah belajar sastra, sehingga selalu saja dia mamandang sebelah mata kehadiran karya sastra. Masih biklah kalau memang dia belum pernah atau tidak pernah sekolah, tetapi jika pernah sekolah dan pernah belajar sastra, tentu ini sebuah premis tidak masuk akal. "Masak karya sastra dianggap sebagai hasil karya lamunan seseorang:, gumam kita tentunya.

Haruslah disadari bahwa karya juga punya fakta, meski faktanya berupa fakta imajiner (fakta dalam otak pengarang). Iya, karya sastra yang ada di tengah masyarakat memang hasil kerja  imajinasi seorang sastrawan, baik dia seorang novelis, cerpenis, maupun penyair. Imajinasi tidak identik dengan lamunan. Imajinasi berupa permenungan tentang hidup, sementara lamunan itu tidak terarah jalannya.

 Bagaimanapun, di dalam karya sastra ,  boleh jadi, kita jumpai rasa ketidakpuasan atas realitas yang ada, di sana juga ada satire yang dibungkus kisah jenaka yang membuat kita sakit perut, ada juga kita jumpai mimpi-mimpi terutama mimpi terkait perubahan. tetapi semua itu, gambaran nyata yang ada dalam masyarakat di mana seorang sastrawan berada. Jadi, bukan fakta di awang-awang, tanpa arah.

Bagaimanapun kita harus terima, bahwa sebuah karya sastra adalah hasil kerja permenungan seseorang, terutama terkait hidup dan kehidupan serta peradaban umat manusia di bawah kolong langit ini.Iya sekali lagi, meski berupa permenungan (bukan lamunan) , karya sastra tetap punya fakta hasil kerja imajinasi seorang sastrawan.

Hasil karya sastra sang sastrawan, memang tidak sekedar hadir di tengah masyarakat, yang jelas, imajinasi yang dimunculkannya, bukan tiba-tiba muncul di otaknya. Akan tetapi melalui hasil kerja berupa pengalaman yang ditimbanya di tengah masyarakat tempat dia berada. Pengalaman-pengalaman tersebut telah mengkristal, artinya, melalui pengendapan, bermula dari tulisan yang telah diberi ruang jeda, sehingga meski perlahan-lahan tapi akhirnya tuntas juga hasilnya.

Jadi, seorang sastrawan dalam menghasilkan karya sastranya, tentulah melalui pengalamannya, baik itu pengalaman belajar dari lingkungan di mana dia berada maupun hasil belajar dari pengalamannya sendiri.Tak heranlah kalau orang bijak sering mengatakan bahwa kalau mau mengenal sifat seseorang, belajarlah karya sastra.', "Sastra adalah hasil permenungan hidup manusia", kata orang bijak.

Iya, melalui puisi, cerpen, dan atau novelnya seorang sastrawan berusaha untuk memanttulkan realitas kehidupan ini. Anda tidak percaya? Silakan baca novelnya Mara Rusli sastrawan Angkatan '20 (Balai Pustaka), di dalam novel itu terdeskripsi soal "Kawin Paksa", sebuah realitas kondisi saat itu, sering terjadi kawin paksa. Atau Anda baca Puisi "AKU-nya Chairil Anwar, di sana digambarkan keegoan, iya tentu keegoan  terkait dengan kehadiran penjajah saat itu, atau karya sastra lainnya, pasti kita temukan gambaran reallitas suatu tempat. ***)

Kota Kesultanan Bima, Juli 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun