Boleh jadi, ketika kita menikmati karya sastra seperti cerpen misalnya, tidak pernah menanyakan tentang mengapa kita pasang senyum manis pada bibir.Pasalnya, karena kita sudah tersihir oleh isi cerita. Tersihir itu terkadi, karena ada sesuatu yang yang terus kita usut dari tokoh-tokoh dalam cerita. Apa yang diusut? Iya, tentang pola sikapnya serta problem lainnya hingga tiba pada klimaks cerita, Lalu, simpulannya, apa yang kita cari dari hasil usutan itu?
Iya, setiap karya sastra, apa itu puisi lama ( pantun, syair, gurindam,dll) atau prosa lama(dongeng, hikayat, dll), atau puisi baru puisi Soneta, oktaf, dll) / prosa baru seperti : , cerpen, atau novel, senantiasa menyimpan nilai. Iya, meski sederhana bentuk dan isinya selalu bermanfaat, manakala ada usaha untuk menemukan nilainya, baik nilai yang tersurat maupun yang tersirat, Intinya, jika ada usaha, pastilah akan temukan nilainya. Selanjutnya, nilai-nilai tersebut dikonsumsikan dalam keseharian.
Nilai-nilai yang kita cari itu, antara lain, yang terkait dengan kebutuhan setiap hari. Misalnya nilai moral (etika) berhubungan dengan perilaku umat manusia di bawah kolong langit ini atau nilai sosial, berhubungan dengan sesama umat manusia. Selain itu ada juga nilai pendidikan, berhubungan dengan permasalahan pendidikan; nilai relegius, berhubungan dengan hal keagamaan,nilai budaya berhubungan dengan kebiasaan, dan lain-lain yang kesemuanya bermanfaat bagi umat manusia.
Untuk tidak sekedar berbincang-bincang, mari kita cermati penggalan cerita berikut ini, lalu kita berusaha untuk temukan nilai yang terkandung di dalamnya.
......................Beribu tahun lalu, hidup seekor naga raksasa berwarna merah. Di sudah bosan hidup di bumi. Dikumpulkannya binatang-binatang lainnya untuk diajaknya hidup di balik awan.Ada sebuah tempat yang aman dan indah. Semua binatang yang ikut disuruhnya naik punggungnya. Ternyata yang ikut cukup banyak dan baru terasa bahwa tak mungkin mengangkat seluruh binatang yang ikut.
Naga merah menggeliat, menya terlalu berat. Dia mendengus , mengeram, dan akhirnya terbang. Sampai setinggi pohon, dia baru mengetahui bebannya terlalu berat. Dia sendiri akan terjerembab jika yang menungganginya ,punggungnya tidak dijatuhkan.
 ..............................(Naga Merah)
Dari penggalan fabel di atas, kita dibantu dengan alur ceritanya yang berisi mengajak. Naga Merah mengajak binatang lain untuk hidup di balik awan. Rupanya ajakan Naga Merah disambut baik oleh binatang lain. Di luar dugaan Naga Merah, ternyata banyak yang mau.Dan karena takut jatuh, dia meminta yang lainnya turun dulu. Dengan demikian dia bisa bawa yang lainnya hingga tiba dengan selamat di balik awan.
Akhirnya, kita simpulkan bahwa Naga Merah mewakili tokoh manusia yang suka menolong. Naga Merah tergolong orang yang disebut penolong. "Suka memperhatikan kawan-kawan-kawannya. Pertanyaan mengganjal," Masih adakah di antara kita sekarang ini, suka menolong?" Jika ada itulah nilainya, yaitu nilai sosial.***)Bersambung
[caption caption="foto pribadi"][/caption] Bersama pengarang Bapak Haji Tahir Alwi (usman d.ganggang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H