Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menangkap Pesan "Tiga K"-nya, Karya Yohanes Sehandi (2)

6 Maret 2016   13:35 Diperbarui: 6 Maret 2016   13:44 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Usman D.ganggang *)

[caption caption="dari buku penulisnya"][/caption]

Saudara Yohanes Sehandi, dalam usaha memperkenalkan sastrawan NTT, menurut saya, beliau berhasil. Ini terjadi, setidaknya dua buku yang ditulisnya, sudah dicetak oleh Penerbit Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Kedua buku tersebut sudah beredar di kalangan masyarakat dan kalau belum sampai di tangan Anda, bisa dibeli di toko buku, terdekat. Harganya dapat dijangkau.Buku pertama terbit tahun 2012, harganya Rp,50.000, sementara buku kedua terbit tahun 2015, seharga Rp.60.000.

Keberhasilan Sdr.Yohanes Sehandi yang juga dosen FBSI Universitas Flores di Ende itu, bukan tanpa dasar, setidaknya . dua buku yang telah diterbitkan itu, (bicara tentang sastra dan sastrawan NTT) ,sebagai bukti, Kerja "3 K"-nya , yakni, selain kerja keras dan kerja cerdas, juga kerja ikhlas, sudah terwujud. Dan masyarakat NTT khusunya, bolejh jadi bisa berbangga sekaligus bersyukur atas keberhasilan Sdr.Yohanes Sehandi, yang juga mantan anggota DPRD NTT itu.

Patutlah diacungkan jempol. karena kita yakin juga, Sdr, Yan Sehandi menyadari bahwa kehadiran karya sastra para sastrawan, amatlah bermanfaat bagi masyarakat. Masalahnya," Bagaimana para penikmat berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menimba hikmah karya sastrawan demi pemenuhan kebutuhan keseharian masyarakatnya.? Ini pertanyaan mengganjal, yang perlu dicarikan langkah praktis mengatasi masalah.

Kendala ini, bukan tanpa terpikir oleh Sdr.Yohanes Sehandi, Selain melacak sastrawan NTT , yang belum diketahui masyarakat, lalu dicatat dalam bukunya, juga menjalin kerja sama dengan Kantor Bahasa Provinsi NTT. Hasilnya? Di awal Oktober tahun lalu, sejumlah sastrawan NTT hadir dalam acara Temu II sastrawan NTT. Di sana sastrawan mengadakan seminar sastra. .Pembawa Makalah selain dirinya sendiri juga Bapak Sastra NTT, Gerson Poyk , Kritikus sastra kelahiran NTT, Yoseph Yapi Taum, dan sejumlah pakar sastra lainnya hadir membawakan makalah dan ditanggapi positif oleh peserta seminar terutama mahasiswa Unflor Ende dan masyarakat lainnya.

Menurut Sdr.Yohanes, sebelum diadakan seminar, telah pula mengadakan sejumlah kegiatan terkait Bulan Bahasa (Oktober). Peserta dari jenjang pendidikan SD-PT, bahkan guru-guru ikut lomba dalam bercerita. "Kesemuanya bermuara pada maksud kegiatan Bulan Bahasa", urainya ketika bertemu di depan Kampus Unflor. Iya, gebrakan selanjutnya, pastilah ditunggu masyarakat NTT khususnya.

[caption caption="Bersama dosen Unflor Ende"]

[/caption]Bagaimanapun, hasil "3 K-"nya sudah terbuti. Iya, saya terenyuh ketika membaca Kata Pengantar dalam bukunya, Mengenal sastra dan sastrawan NTT, beliau berujar puitis,"Bagi saya sastrawan-sastrawan NTTadalah penggali sumur dan penimbah air tanah itu, rembesannya mungkin saja menelusup cela-cela , hamparan batu karang dan pada sabana tandus keterpurukan masyarakat kita NTT ini pada hampir semua aspek kehidupan dan pembanunan pada beberapa dekade terakhir ini.",tulisnya.

Sdr.Yohanes selalu menggelorakan harapannya,"Di tengah keterpurukan ini, satrawan-sastrawan NTTberkarya dan terus berkarya dalam diam, di tengah lolongan anjing malam menjelang dinihari", harapnya. Sebuah ajakan yang bermakna dalam dan seluas samudra isinya. Tinggal bagaimana sastrawan NTT meresponnya sekaligus mewujudkan niat baik Sdr.Yohanes Sehandi, putra kelahiran Dalong Manggarai Barat itu.***) Bersambung

Usman D.ganggang *) kelahiran bambor-Kempo NTT, kini berdomisili di Kota Kesultanan Bima-NTB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun