Oleh Usman D.ganggang *)
[caption caption="dari buku penulisnya"][/caption]
Saudara Yohanes Sehandi, dalam usaha memperkenalkan sastrawan NTT, menurut saya, beliau berhasil. Ini terjadi, setidaknya dua buku yang ditulisnya, sudah dicetak oleh Penerbit Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Kedua buku tersebut sudah beredar di kalangan masyarakat dan kalau belum sampai di tangan Anda, bisa dibeli di toko buku, terdekat. Harganya dapat dijangkau.Buku pertama terbit tahun 2012, harganya Rp,50.000, sementara buku kedua terbit tahun 2015, seharga Rp.60.000.
Keberhasilan Sdr.Yohanes Sehandi yang juga dosen FBSI Universitas Flores di Ende itu, bukan tanpa dasar, setidaknya . dua buku yang telah diterbitkan itu, (bicara tentang sastra dan sastrawan NTT) ,sebagai bukti, Kerja "3 K"-nya , yakni, selain kerja keras dan kerja cerdas, juga kerja ikhlas, sudah terwujud. Dan masyarakat NTT khusunya, bolejh jadi bisa berbangga sekaligus bersyukur atas keberhasilan Sdr.Yohanes Sehandi, yang juga mantan anggota DPRD NTT itu.
Patutlah diacungkan jempol. karena kita yakin juga, Sdr, Yan Sehandi menyadari bahwa kehadiran karya sastra para sastrawan, amatlah bermanfaat bagi masyarakat. Masalahnya," Bagaimana para penikmat berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menimba hikmah karya sastrawan demi pemenuhan kebutuhan keseharian masyarakatnya.? Ini pertanyaan mengganjal, yang perlu dicarikan langkah praktis mengatasi masalah.
Kendala ini, bukan tanpa terpikir oleh Sdr.Yohanes Sehandi, Selain melacak sastrawan NTT , yang belum diketahui masyarakat, lalu dicatat dalam bukunya, juga menjalin kerja sama dengan Kantor Bahasa Provinsi NTT. Hasilnya? Di awal Oktober tahun lalu, sejumlah sastrawan NTT hadir dalam acara Temu II sastrawan NTT. Di sana sastrawan mengadakan seminar sastra. .Pembawa Makalah selain dirinya sendiri juga Bapak Sastra NTT, Gerson Poyk , Kritikus sastra kelahiran NTT, Yoseph Yapi Taum, dan sejumlah pakar sastra lainnya hadir membawakan makalah dan ditanggapi positif oleh peserta seminar terutama mahasiswa Unflor Ende dan masyarakat lainnya.
Menurut Sdr.Yohanes, sebelum diadakan seminar, telah pula mengadakan sejumlah kegiatan terkait Bulan Bahasa (Oktober). Peserta dari jenjang pendidikan SD-PT, bahkan guru-guru ikut lomba dalam bercerita. "Kesemuanya bermuara pada maksud kegiatan Bulan Bahasa", urainya ketika bertemu di depan Kampus Unflor. Iya, gebrakan selanjutnya, pastilah ditunggu masyarakat NTT khususnya.
[caption caption="Bersama dosen Unflor Ende"]
Sdr.Yohanes selalu menggelorakan harapannya,"Di tengah keterpurukan ini, satrawan-sastrawan NTTberkarya dan terus berkarya dalam diam, di tengah lolongan anjing malam menjelang dinihari", harapnya. Sebuah ajakan yang bermakna dalam dan seluas samudra isinya. Tinggal bagaimana sastrawan NTT meresponnya sekaligus mewujudkan niat baik Sdr.Yohanes Sehandi, putra kelahiran Dalong Manggarai Barat itu.***) Bersambung
Usman D.ganggang *) kelahiran bambor-Kempo NTT, kini berdomisili di Kota Kesultanan Bima-NTB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H