Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Motivasi itu, Penting Artinya Bagi Hidup

29 Mei 2016   15:38 Diperbarui: 29 Mei 2016   16:08 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Setiap individu sejatinya  harus  mempunyai motivasi dalam mewujudkan cita-citanya. Motivasi tersebut  memang sangat penting dimiliki, karena tanpa motivasi, hidup ini dapat diibaratkan sebagai “kapal tanpa motor” atau balon tanpa gas”. Itulah sebabnya, para pakar dari berbagai disiplin ilmu menyuarakan  penting artiinya kehadiran motivasi dalam menjalani kehidupan  dan karena itu juga, mereka senantiasa menyarankan  untuk mencari  hal –hal yang dapat memberikan motif, sehingga  ketika waktunya tiba, kita dapat menekan tombol dan pada gilirannya pintu yang kita buka akan terbuka  menuju dunia keajaiban.

Pertanyaan mengganjal dalam kaitan dengan motivasi ini adalah ,” Kunci manakah yang paling tepat untuk membuka dunia keajaiban itu?” Jawabannya, tentu bergantung kepada niat kita sebagai khalifah. Yang jelas, masing-masing kita sudah berhak menyandang predikat khalifah  dalam artian sebagai insan dhoif yang mengembara  di bawah kolong langit ini. Dan ketika pulang nanti (baca : meninggal) pasti melaporkan tentang apa aktivitas  selama hidup  di alam fana ini.

Kembali ke persoalan motivasi yang dijadikan topik perbincangan kali ini. “Mengapa motivasi penting dicermati?” tanya kita sekenanya. Paling kurang, ada  latar belakangnya. Iya, menyaksikan koncdisi dewasa ini, tampaknya  begitu carut-marutnya kehidupan ini, seperti dalam bidang politiknya misalnya, orang-orang sering berdebat hingga terjadi perang urat saraf  tanpa berakhir tuntas. Atau dalam soal narkoba dan pemerkosaan, semakin dijerat malah  sering dilakukan.  “Ada apa di balik ini semuanya?” komentar kita tentunya.

Salah satu penyebabnya  adalah dalam melakukan  sesuatu  acapkali tidak didukung oleh motivasi  yang bermakna, baik motivasi intrinsik  maupun motivasi ekstrinsik. Seperti kata teman penulis, “Di antara pelamar CPNS D ada yang motivasinya sekedar coba-coba. “Mengapa harus coba-coba, bukan sesungguhnya?” tanyanya tak mengerti. Lalu ada cerita selintangan, dari teman penulis , yaitu cerita lucu, terkait seoran pejabat yang marah besar ketika ada kunjungan  bertepatan  dalam menyumbang  korban banjir. Dia marah lantaran  tidak ada seorang pun wartawan yang hadir. Lalu, ada lagi cerita  menyedihkan,  seorang korban banjir , namanya dicatat sebagai korban,  malah tidak mendapat sumbangan . “Ke mana  jalannya sumbangan itu?” tanya tak mengerti.

Iya, motivasi setiap individu memang berbeda-beda. Meski lewat mulutnya untuk hal-hal yang positif , tapi pemberian bantuannya  terkadang,  ‘ ada udang  di balik batu’. Sebenarnya dengan mudah kita mengetahuinya , cukup dengan ambil pemukul, lalu pecahkan batunya, pastilah udang  yang bersembunyi di balik batu  itu, ikut terkena pukulan, dan ujungnya, hehehe..., mati. Untuk melakukan hal yang demikian,  mremang rada sulit, kalau berbicara tanpa  ada data yang objektif (benar adanya)  , sahih ( benar) , dan  akurat (tepat).

Merespon hal yang dimaksud, memang dibutuhkan  sebuah kreatitivitas. Lalu, intuisi kraeatif’ semestinya jangan pernah mati. Karena itu, para pakar dalam berbagai disiplin ilmu, senantiasa menyuarakan pesan agar selalulah memulai  dengan hadirkan  niat meskipun  dalam hal  kecil. Fakta riil, terlalu banyak yang berbicara tanpa ada niat yang baik.  

Banyak pekerjaannya dilakukan untuk memperoleh pujian atasannya  atau oleh kekakasihnya.  Untuk membacanya, iya gampang, dilihat saja pada ekspresinya, ketika dia berbicara dengan orang lain. Katakan saja, ketika dia berbicara tanpa ada data tapi berpura-pura mengetahuinya , tapi tangannya menggaruk-garuk kepala , itu artinya, dia tidak tahu , tapi hanya berpura-pura tahu. “ Hehehe, apa betul? Bukankah kata pepatah ,”Dalamnya laut  dapat diduga, sementara dalamnya hati, siapa tahu?” gugat pembaca.

Terkait dengan motivasi ini, benangan , atau kenikmatan. banyak pakar dari berbagai disiplin ilmu menghadirkan teori.  Seperti apa teorinya dan seperti apa sasarannya, tentu bergantung kepada tujuannya  sekaligus kebutuhannya , mana kebutuhan yang diprioritaskan dalam melakukan  sesuatu, dan mana pula yang kurang dibutuhkan.  Sekedar contoh,  teori hedonisme yang berarti kesukaan , kesenangan, kenikmatan. Implikasi  dari teori ini ialah  adanya anggapan  bahwa semua orang akan cendrung  menghindari hal-hal yang sulit  dan menyusahkan  atau mengandung resiko berat dan lebih suka melakukan  sesuatu yang mendatangkan kesenangan bagi dirinya bukan untuk orang lain.

Kemudian ada teori naluri yang membenarkan bahwa dalam pribadi manusia tiga dorongan nafsu yaitu: (1)  naluri untuk mempertahankan diri; (2) mengembangkan diri; dan (3) pengakuan dari orang lain.  Ada lagi yang dikembangkan dewasa ini, yakni teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan manusia pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis.

Senanda dengan yang telah diungkapkan di atas penulis teringat Selinder dalam bukunya “How to live 365 days a tear”, mengungkapkan kebutuhan dasar setiap individu, antara lain: (1) kebutuhan akan cinta; (2)  kebutuhan akan rasa aman; (3) kebutuhan akan mengalami pengalaman baru dari oeang lain; (4) kebutuhan akan pengakuan orang lain; (5) kebutuhan kan harga diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun