Labuan Bajo, seakan tergambar dalam benak. Pasalnya, kalau sudah tiba Dermaga Sape ujung timur Pulau Sumbawa lalu segera berlayar bersama feri (sekaligus menikmati indah laut yang dihiasi sejumlah nusa/pulau mungil di sekitar situ), feri akan segera mencium Dermaga Labuan Bajo, Ibu Kota Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Perjalanan menumpang feri ditempuh selama 7-8 jam. Tujuan utamanya sih menjumpai orang tua sekaligus keluarga besar di sana, usai merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1437 barusan.
Tapi rupanya, harapan dan kenyataan berbicara lain. Sejak beberapa hari lalu feri tak berlayar karena gangguan ombak dan cuaca yang kurang bersahabat. Maka, kami pun belok haluan. Panorama Pantai Lariti, seakan mengajak kami untuk segera meluncur ke sana. Melajulah kami ke sana, hanya 10 menit dari Dermaga Sape, kami tiba dengan selamat di Pantai Lariti.
Lariti adalah sebuah pantai yang terletak di sebelah timur Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Tepatnya, di wilayah Kecamatan Sape. Pantai  yang sering dikunjungi wisatawan ini memang tidak sepopuler Pantai Senggigi di Mataram atau  Pantai Pasir Putih di Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur (NTT). Â
Menuju Pantai Lariti, kami berusaha ekstra keras, karena jalannya, masih berdebu  belum lagi masih ada jalan yang rusak. Dan belum diaspal, sehingga duduk di atas motor atau mobil seakan sedang bergoyang-goyang. Iya, kayak berjoget-ria. Tapi semuanya kami lewati dengan baik, apalagi Lariti sudah di depan mata.
Begitu tiba, kami disambut Pantai Lariti yang eksotis. Pantai ini memiliki pasir putih. Kami membelah lautan menuju pulau mungil yang tawarkan keindahan buat pengunjung. Sebelumnya, di atas bukit, kami sempat mengambil gambar yang menyajikan pemandangan Kota Sape dan panorama Gunung Sangeang yang menjulang di tengah laut. Termasuk juga Kampung Bajo Pulau, sempat diambil gambar.
Tidak puas dengan lautnya yang berkilau diterpa angin, di antara kami ada yang ikut mandi, berenang-renang, dengan pengunjung lainnya, karena memang lautnya cukup dangkal, terutama bagi teman-teman yang belum berani berenang di laut yang agak dalam.
Pantai Lariti ini memang menawarkan keindahan yang dapat menghadirkan decak kagum buat pengunjung yang sempat ke sana. Setiap wisatawan yang ke sana selalu memuji pesonanya. Apalagi sebuah pulau mungil dekat dengan pantai ini sepertinya dihiasi dengan pohon-pohon yang indah untuk dinikmati sambil duduk di bawah pohon. Para wisatawan berdialog ria, sekalian saling curhat. Jika air surut mereka berjalan menuju pulau ini, untuk sekitar 3-4 jam, karena kalau terlambat, jalan aspalnya ditutupi air laut. Air laut yang bertemu di situ seakan sedang bertepuk, maka disebutlah dengan sebutan Laut Bertepuk.
Sayang , Pantai Lariti yang indah ini, sepertinya belum ditata rapi. Artinya masih perawan. Buktinya, belum tersedia rumah-rumah kecil, kalau tidak mau dikatakan motel untuk istirahat, bermalam di sana, misalnya. Begitupun, soal untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dalam artian, belum tersedia kios atau penjual memenuhi kebutuhan pengunjung. (Usman D. Ganggang ***)