Pembaca berterima kasih kepada pengarang ini. Bagaimanapun, pengarang sudah berusaha memberitahu kita sebagai penikmat atau pembaca untuk senantiasa memperhatikan potret pribadi. Dalam keseharian harusnya, berusaha membaca isi kehidupan, Â terkait kebersamaan hingga dalam urusan cinta. Intinya, otak harus diperhatikan setelah membaca suara hati. Atau sebaliknya. Intinya, selalu membaca potret pribadi itu penting artinya dalam hidup dan kehidupan keseharian kita.Â
Cerpen Pisau, memberitahu penikmat atau pembaca bahwa aku-lirik sudah menyandang predikat gadis, yang hidupnya selalu sedih. Bagaimana tidak setelah ayahnya pulang lalu ibunya kawin lagi dengan pria lain, dan setelah nikah enam bulan lalu, Â merupakan awal kesedihan itu hadir pada dirinya. Ia merasakan berada di sebuah lubang hitam yang merebut segala semangat hidup yang telah dibangunnya.
Berawal dari kondisi seperti itulah, dia menjadi seorang pendiam dan menyimpan sekian luka. Itu pula sebabnya, ke mana pun dia pergi selalu membawa pisau dan siap ditikamkannya kapan  saja kepada orang-orang yang mencoba mengganggunya. Tentu pisau di sini maksudnya, adalah agar selalu waspada dalam menghadapi tantangan yang datang tanpa diundang. Jadi, pisau merupakan senjata menikam  masalah.Dengan perkataan lain, bukan dalam artian sebenarnya akan tetapi sebagai sebuah ungkapan yang bermakna selalu waspada pada setiap moment-moment penting.
Dalam cerpen "Matinya Seorang Penulis Muda, Catatan hati Seorang WIL. Tidur; dan Permainan Tempat tidur" , juga menggugah penikmat atau pembaca terutama setelah menikmati alur-alurnya, yang lirikal, bisa mengail air mata pembaca, Â pastilah menemukan amanat yang berguna, dan bisa dimanfaatkan dalam kehidupan keseharrian.
Kumpulan cerpen ini sangat cocok untuk anak-anak yang sudah menanjak dewasa. Dapat membantu mereka untuk senantiasa mendegarkan suara hati. Kata orang bijak, hati tak pernah bohong. Karena itu selalulah memperhatikan kata hati. Dan akan lebih sempurna lagi ketika dia mengaplikasikan ajaran agama yang dianutnya.
Bahwa buku ini, memiliki kelebihannya, tentu diakui. Tetapi jika dicermati secara njelimet ,juga terdapat kekurangannya. Di mana kekurangannya, penikmat atau pembaca mengetahuinya jika dibaca isinya secara lengkap.
Siapa Maya Wulan pengarang buku ini? Dari biografinya diktehaui ternyata Maya dilahirkan di Bontang, 13 Mei 1982,anak bungsu dari empat bersaudara. Hingga SMU menetap di Kota Baontang Kalaimantan Timur. Maya menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Jogyakarta. Aktif menulis puisi dan cerpen. Karya-karyanya sering dipublikasikan di majalah dan koran.***)
Kota Kesultanan Bima, 13 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H