Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menimbang Suara Hati dalam "Membaca Perempuanku"

15 September 2019   13:37 Diperbarui: 15 September 2019   13:39 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Resensi Buku:

Judul Buku : Membaca Perempuanku
Penulis :Maya Wulan
Penerbit : Creative Writing Institute 

Tahun Terbit : 2003

Antalogi cerpen  berjudul " Membaca Perempuanku" karya Maya Wulan ini, berbicara terkait keinginan (baca suara hati) yakni, selain mengenal diri sendiri dari "aku-lirik" (aku yang diceritakan) juga berkeinginan untuk mendapatkan cinta yang terkadang bagi seseorang dengan muda memperolehnya, tapi bagi  yang lain, meski cantik, ternyata sulit untuk jatuh cinta . Bagaimana tidak? Suara hati seseorang itu sejatinya patut didengar oleh pemilik hati ketika berhadapan dengan segala kondiri yang ada. Dan ini faktanya, terkadang pemilik hati terlalu mahal untuk menghargai suara hati. Ujungnya , nmalah sulit sekali untuk jatuh cinta. Pertanyaan mengganjal, "Apakah lantaran kurang mendengar suara hati?

Boleh jadi, dalam artian proses suara hati tersebut diabaikan, maka cinta yang terajut lama bakal menenggak air mata daripada tawa-ria. Dan itulah cinta, meski sudah mabuk berdua, tetapi ketika tiba pada klimaknya, cinta terajut, ternyata bisa diibaratkan sebagai "gasing", dia bergerak, berputar membentuk lingkaran yang semakin kencang semakin kecil kelihatannya. Ujungnya, yang jatuh cinta betul-betul jatuh kena gasing yang bergerak, berputar,  menari membentuk barisan kata pusing. Konkretnya, jatuh cinta di sini bukan lagi dimaknai sebagai sebuah ungkapan.

Penggelandangan imajinasi pengarang, dalam "Membaca perempuanku" ini, cukup mewakili kondisi perempuan muda (cewek) ZAMAN NOW. Itu terbaca,  setelah  menggelandang imajinasi ke sana ke mari , tertuanglah pada Pengantar Kumpulan Cerpen ini, 'aku-lirik"    saksikan sendiri, betapa banyak suara sumbang ketika berdekatan dengan seseorang .Simpulannya termuat dalam Kata Pengantar Buku Membaca Perempuanku, " Kedekatan saya dengan tokoh idola Hudan " ternyata menjadi hal aneh, di mata beberapa teman penulis" (halaVIIII)

Tapi perlulah diacungi jempol, bagimana tidak, meski aku-lirik, dihadang berbagai kendala, malah dia semakin berpacu dalam membaca suara hati, terutama keinginan pertamanya yaitu menjadi penulis handal di masa depan. Apalagi dia sering berkomunikasi dengan pengarang-pengarang handal. Itu pula sebabnya, "aku-lirik{ (aku yang diceritakan)  sering mengirim karyanya untuk diapresiasi oleh pengarang yang diidolakannya. Hasilnya, idolanya senantiasa memotivasinya untuk senantiasa menghadirkan intuisi kreatifnya dalam bentuk karya sastra.

Seperti diakui sendiri pengarangnya, "aku tidak mundur, aku miliki pisau (perhatikan cerpen Pisaunya) , hingga kita sebagai pembaca segera mengaplous gebrakannya untuk menjadi pengarang sekaligus mendengarkan suara hati  dalam  memilah untuk memilih pendamping hidup yang cocok dalam bentuk rumah tangga. Bagaimana tidak? Seperti diakuinya sendiri, "Karena saya "orang baru" di sastra, meski banyak suara sumbang terhadap diriku, saya hanya mendengarkannya saja. Dan memilih untuk mengenali diri siapa dan bagaimana si idolaku mulai dari kepiawaiannya dalam menulis, kegelisahannya, kesakitannya,. relegion-sense dan semuanya"..

Kumpulan cerpen ini, mempunyai kekuatan  terutama dalam membaca suara hati (ingat Membaca Perempuanku)  seperti terungkap di atas  tadi. Penulisnya  mempunyai solusi, atau  langkah praktis dalam mengantisipasi berbagai masalah , seperti masalah kekejiwan, kekejaman, kekerasan dan pemerkosaan misalnya, adalah melalui kerja keras dalam membaca suara hati. Bentuknya?  Maka  pengarang  pun menerbitkan hasil penggelandangan imajinasinya  dalam bentuk buku antalogi cerpen bertajuk "Membaca Perempuanku.  Tercatat  enam(6)  cerpen yang termuat di dalam "Membaca Perempuanku"ini. Keenam cerpen itu adalah : (1) Membaca Perempuanku; (2) Pisau; (3) Matinya Seorang Penulis Muda; (4) Catatan Hati Seorang WIL; (5) Tidur; dan (6) Permainan Tempat Tidur.

Setelah kita mencermati amanatnya, kepada kita dicerahkan hal-hal yang berguna. Seperti pada pada cerpen pertama"Membaca Perempuanku"  ini, penikmat atau pembaca diberitahu bahwa tokoh "aku-lirik",  dalam kesehariannya senantiasa  membuka ruang untuk membaca potret kehidupan pribadi. Sebab di sana ada rahasia perlu diungkap sehingga kita mengenal diri kita sendiri. Pesan ini amat berguna buat penikmat untuk mengintrospeksi diri, sudah sejauh manakah kita mengenal diri sendiri? Intinya jadilah diri sendiri!

Pengarang mendeskripsikan dalam sebuah paragraf terkait upaya mengenal diri sendiri  itu." Aku menelanjangi perempuanku dalam potretnya". batin aku lirik.  Selanjutnya pengarangnya melukiskan  kegiatan "aku-lirik"  berikut ini, "Kupandangi seluruh lekuk misteri yang tersembunyi di dirinya. Sebuah msiteri serupa buku tebal yang tak menyuguhkan penyelesaian di cerita". Maka untuk menyelesaikannya perlu ada cermin, sebab cermin meski benda mati, tokh bisa memfocopy pemiliknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun