Oleh Usman D.Ganggang*]
Narudin Pituin, kritikus sastra yang sedang naik daun itu, dalam sebuah status Facebook-nya peernah mengangkat dan mengungkit soal kritiik ini. Semua kritikus serius sepakat untuk menyebut nilai puisi sebagai: baik-jelek, kuat-lemah, berhasil-gagal, dan sejenisnya", tulisnya di status Facebook, kemarin..
Pituin mengutip, soal yang diungkapkan di atas, pernah dikatakan oleh kritikus seperti H.B. Jassin, A. Teeuw, Sapardi Djoko Damono, Hartojo Andangdjaja, Subagio Sastrowardoyo, dan Rachmat Djoko Pradopo dalam berbagai kesempatan.Â
Lalu berdasarkan pengamatan Pituin, akhirnya dia mengakui bahwa memang, sebagian penyair yang baik akan menerima kritik apa pun, namun tetap saja sebagian penyair jelek marah, ogah dikritik secara objektif."Begitulah keadaan kritik sastra di negeri ini!"sambungnya.
Gugatan Pituin di atas, amatlah berguna bagi pembaca, karena memang ternyata, hingga saat ini, masih banyak pihak yang belum paham terhadapa kehadiran kritik dan ujungnya tidak mau terima kalau karyanya atau ucapannya dikritik.
Dalam keseharian pun seperti dalam berkomunikasi, misalnya, tidak jarang ditemui pihak yang salah paham terkait kritik. "Semua kritikus serius sepakat untuk menyebut nilai puisi sebagai: baik-jelek, kuat-lemah, berhasil-gagal, dan sejenisnya.
Kritik-mengkritik bukanlah hal baru. Pada zaman Plato, bahkan jauh sebelum itu, kritik-menkritik sudah berkembang pesat. Berbagai keuntungan dari kegiatan mengeritik ini, salah satunya, dapat mengubah dunia seseorang, tentu ke arah yang positif.Â
Karena itu pula, banyak orang menilai bahwa dengan hadirnya kritik, dapat mengubah cara pandang seseorang. Dan pada gilirannya, dengan gampang pula orang berkesimpulan bahwa kegiatan mengkritik adalah perbuatan terpuji. Lalu, mengapa ada orang, menolak untuk dikritik? Pastilah ada dasarnya, kalau bukan pada soal pemahaman terkait makna kritik itu. Bukankah kritik itu sebyah bukti cinta?
Kata kritik dalam bahasa Inggris (critic), pada mulanya merujuk kepada orang yang mengomentari suatu karya seni, music, dan sastra.Kemudian berkembang sesuai perkembangan zaman,akhirnya tokh bisa juga dipakai pada displin ilmu yang lain. Orang yang melakukan kritik dijuluki dengan "kritikus", yakni orang yang kerjanya mencari kesalahan orang lain, memberi pandangan dan evaluasi, bahkan mengecam dan mencela.
Dalam bahasa Inggris criticize (=mengeritik). Celaan dan dan kecaman itu disebut kritik dan dalam bahasa Inggris criticism. Kritik atau criticism itu muncul karena ada suatu kondisi cela, gawat atau genting (kritis). Dengan demikian, orang yang bisa melihat cela orang lainatau pejabat, biasanya dia berusaha melakukan kritik (critize) supaya kondisi kritis itu kembali normal.
Nah, mengapa kritik ananda ditolak? Dugaan saya,kembali kepada pemahaman terhadap makna kritik serta perubahan makna kritik dalam artian makna sempit dan luas.Boleh juga pada soal rasa bahasa yang disampaikan kurang etis. Tak dapat disangkal dalam keseharian, ada juga pengguna bahasa dalam melakukan kritik itu, kurang mengemas bahasanya sekaligus lupa etikanya. Akhirnya, kita hanya mencela orang lain.