(Berdialog-ria bersama Eva Devlina, penyair dari Batam)
Catatan Usman D.Ganggang*)
Kemarin Hari Ulang Tahun (HUT) RA Kartini. Semua orang tahu, bukan saja oleh kaum ibu [perempuan/wanita] tetapi juga kaum lelaki, sama-sama memperingatinya. Tentu bukan saja untuk mengenang jasa-jasa Kartini, tetapi juga menghadirkan upaya, bagaimana sebaiknya, agar kaum perempuan tidak dianggap remeh oleh kaum lelaki.
Harus diakui, masalah gender dari zaman dahulu sampai hari ini belum juga kunjung selesai. Ribuan pakar sudah berkumpul, milyaran dolar telah mengalir, untuk mengatasi ketidakadilan masalah gender, namun hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Kekerasan, penganiayaan, perkosaan, pelecehan terhadap perempuan malah semakin merajalela.
Masalah di atas harus dicarikan langkah praktisnya. Setidaknya dengan upaya seperti itu, masalah yang dihadapi kaum wanita dapat dikurangi. Iya tentu langkah awalnya, kembali ke pribadi-pribadi masing-masing untuk mau berusaha mengubah diri. Kata orang bijak, "Ubahlah cara berpikir Anda, maka dunia Anda akan berubah".
Karena itu, diharapkan kepada setiap individu untuk , khusunya kaum wanita untuk memiliki prinsip hidup. Prinsip yang dimaksud adalah pedoman hidup dalam memaknai hidup dan kehidupan. Tujuannya untuk menjaga diri, agar hidupnya tidak hanya untuk pria akan tetapi juga untuk berkarya.
Jadi prinsip hidup itu penting artinya. Seperti Eva berprinsip dalam memaknai hidup dan kehidupan ini. Menurut dia, "ibarat berteman bunga". Karena itu, jadilah seperti bunga yang mampu menebar keindahan dan wanginya pada dunia dengan penuh cinta walau jalan kebaikan itu , pasti tidak mudah, karena jalan kebaikan akan membawa kedamaian. Walaupun bunga akan layu suatu hari nanti, namun keindahan dan wanginya akan tetap dalam ingatan. "Pada serumpun bunga, kudekap penuh cinta, harumnya tenangkan jiwa"ungkapnya bernuansa puitis dalam menjawab pertanyaan yang diajukan penulis.
Lalu, bagaimana kesan Eva terkait perjuangan Kartini? Harus diakui, kata dia, perjuangan RA Kartini, membuka pintu gerbang bagi wanita untuk meraih impiannya tanpa melupakan kodratnya sebagai seorang wanita, apakah sebagai ibu atau seorang istri, harus mempertahankan kodrat itu.
Eva juga mengajak Kartini -Kartini masa kini, "Jadilah perempuan hebat dan berakhlak mulia!" pintanya. . Di samping itu, lanjutnya, Kartini-Kartini masa kini, harus mampu membantu suami, mendidik putra putrinya, karena di tangan ibu ibu yang cerdas dan berakhlak mulia akan lahir generasi generasi penerus bangsa yang hebat dan bermoral baik. "Kartini -Kartini masa kini juga mampu berkarya membantu ekonomi keluarga untuk hidup lebih layak di era globalisasi yang penuh persaingan ini", sambungnya.
Puisi, lanjut dia, adalah bahasa halus yang mampu keluar dari hati maupun pikiran kita ataupun yang memberi inspirasi atas ungkapan kalbu atau pun sindiran- sindiran yang tak mungkin keluar dengan kasar dari lisan kita." Dan yang paling teristimewa dari semua itu, puisi dapat sebagai perantara kita mengetuk nurani kita untuk sadar dan selalu ingat pada Sang Pencipta", .