Boleh saja! Tapi, apakah jatuh cinta jadi penyair itu gampang? Jawabannya tidak segampang itu. Ragil Suwarna  Pragolawati sastrawan yang menghilang di Pantai Selatan Jogya pada  tahun 80-an itu, hingga hadirkan tanya,"Begitu gampangkah jadi penyair?" Ragil yang anak asuh sastrawan Umbu Landu Peranggi , menjawab, "yang menjamin adalah William Shakespeare sastrawan raksasa Inggris,"Barang siapa jatuh cinta , akan serta merta jadi penyair sendirinya!" Pertanyaan mengganjal,"Mengapa begitu?"
Jatuh cinta  adalah suasana penuh pesona, melibatkan hati-akal-budi-batin-jasmani-mental keseluruhannya. Saat-saat macam itulah yang disebut 'momentum puiticum', suasana khusyuk yang penuh nilai-nilai puitis dalam pelulu-leburan lahir-batin. Cocok dengan  dengan ucapan Jacques Marthen,"Moment puitika ialah persatu-paduan dunia-dalam manusia dengan dunia -dalam manusia, barang/benda dan alam sekitarnya. Situasi dan kondisi yang demikian  itulah yang muncul pada saat jatuh cinta.
Iya, itulah pendapat orang. Tentu, meski kita sama-sama berambut hitam, atau berkulit putih, tokh jalan pikiran kita tidak sama. Konkretnya, setiap individu pasti memliki jawaban yang berbeda. Ragil Suwarna Pragolawti menghadirkan analogi demikian. Anda dikejar harimau , lantas serta-merta berlari, maka ketika itu juga jadi pelari. Namun persoalannya adalah : (1) Tidaklah serta merta  Anda menyandang predikat  sebagai atlet; dan (2) Untuk menjadi atlet pelari, tidaklah harus selalu menyewa/pinjam  harimau untuk mengejar-ngejar Anda.Â
Dari analogi di atas, terbersit simpulan : (1) Tidaklah  serta-merta oraing yang jatuh cinta  lantas menulis puisi, boleh disebut penyair; (2) Tidaklah harus berjatuh-jatuh  cinta dahlu agar seorang jadi penyair. Artinya, untuk jadi seorang penyair, selain karena ada bakat tentu diperlukan  tindak pembelajaran yang kontinyu. atau berkesinambungan. Â
Apa saja bentuk / materi pembelajarannya? Tentu tidak terlepas dari : (1) Tema :yang  merupakan gagasan pokok yang diungkap dalam sebuah puisi.  (2) Rasa atau perasaan: Rasa adalah ungkapan atau ekspresi penyair yang dituangkan ke dalam puisinya. Rasa atau perasaan yang ada pada puisi dapat berupa rasa indah, senang, bahagia, sedih.;(3)  Nada adalah sikap atau keinginan penyair terhadap pembaca. Nada puisi bisa memberikan nasihat, menyindir, mengkritik, atau mengejek pembaca; dan (4) Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang pada pembaca.Yang disebutkan di atas adalah unsur intrinsiknya. Sedangkan  unsur ekstrinsiknya terkait ilmu, politik, ekonomi, pertahanan, sosial-budaya.
Konkretnya, menulis puisi bisa dilakukan kapan dan di mana saja..Tidak perlu tunggu jatuh cinta dahulu Sebab dorongan dan suasananya  bisa saja berbeda-beda. "Momentum puitika  bukan melulu saat-saat jatuh cinta. Boleh karena furtrasi , terlalu kecewa, berduka cita, minat serius, meluap hasrat, gairah benar:,ungkap Suwarna dalam sebuah artikelnya.
Anda punya pendapat lain? Mari kita bertukar pikiran  terkait puisi, sekaligus mari berbagi. Kalau tidak mampu berbabgi mari kita simak, kita belajar dari sesama, yang muda belajar kepada yang lebih tua, hehehe tentu yang berilmu, atau boleh juga dari muda memberi kepada yang tua. Bagaimanapun , benar kata kata orang bijak, "Ketika kita saling berbagi, saat itulah kebahagiaan itu muncul.".***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H