Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Sepi Diredam dalam Pusara Air Mata

5 Februari 2016   20:34 Diperbarui: 5 Februari 2016   22:12 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(buat wetaku Vani Dulmin yang lagi rindu)

Jika rembulan terselimut awan
kesunyian akan datang tanpa diundang
apalagi kini pada penggalan musim dureng*)
tanpa diminta akan memungut memori
dari halaman sunyi terajam rindu tak tertahan

Jika hari ini kau menangis lantaran sepi mencekam
itu artinya selangkah tingkalkan sunyi
sepimu diredam indah dalam pusara airmata
sebentar kau pasang senyum pada bibir bersamanya
karena dialog-dialog itu kembali

Meski bulan masih terselimut awan
lagi dingin kian meronta
pungutlah kembali dialogmu dari sauh kesenyapan
maka bulan dalam hatimu kian bersinar dari pusara airmata
dan esok pagi, mentari semakin berpijar
lalu kembang jagung seputar rumah selalu menggoda
kau pun semakin tegar

Kota Kesultanan Bima, awal Feb.2016

Catatan : dureng= musim hujan yang lama, dan lumpur pun setinggi lutut. Dan ketika malam datang, 'tung' (sejenis katak) akan bernyanyi, "tung teng paki tali tung teng; . weta = saudara perempuan

*Foto Dokumen Pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun