Konkretnya, bencana budaya seperti yang disebutkan di atas harus diatasi dengan membuat kebijakan kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai titik sentral dengan mempertimbangkan keragaman dan sekaligus keunikan yang ada di masyarakat Kempo. Iya, revitalisasi harus dilakukan, karena fakta riil menunjukkan bahwa penuturnya sudah mulai menghilang, dari waktu ke waktu.
Sementara proses pewarisan yang ada , berjalan secara alamiah, yakni diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya , baik dalam lingkup keluarga maupun di luar lingkup keluarga tidak berlangsung dengan baik. Akhirnya, perlu dihadirkan pertanyaan,” Mestikahkah kita tega melupakan kearifan lokal Kempo yang banyak mengandung nilai positif itu?”***) Bersambung
Kota Bima- Jakarta, 10 September 2014
Usman D.Ganggang*) Anak Pua Ganggang-Bambor –Kempo Provinisi NTT, kini berdomisili di Kota Kesultanan Bima NTB