Judul Buku : Profil Rumpun Ternak Lokal Nusa Tenggara Timur (NTT)
Penulis : Dr.Ir.Yusuf, MP, Dr.Jacob Nulik; Ir.Amir Kedang, M.Si; dan Ir.Debora Kana Hau, M.Si
Penerbit : Trim Komunikata, Jl.Cihanjuang No.156 Cimahi
Tahun Terbit : 2015
Harga : Rp.55,000
Buku yang diterima penulis kali ini, adalah buku bertajuk "Profil Rumpun Ternak Lokal Nusa Tenggara Timur (NTT)". Buku ini merupakan karya terbaru terkait dengan ternak, setidaknya untuk provinsi NTT. Buku yang dieditori Bambang Trimansyah dan diberi kata pengantar Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya ini, amat menarik. paling kurang, dilihat dari para penulisnya, terutama dari biodatanya adalah putra asli NTT.
Jadi, setidaknya, mereka paham betul dengan kondisi pertumbuhan dan perkembangan perternakan NTT. Selain itu, sebagai putra kelahiran NTT, tentu ke- 4 penulis buku ini, berusaha dengan kerja keras, kerja cerdas, dan tentu kerja ikhlas sehingga pada akhirnya dapat mendeskripsi profil Rumpun Ternak Lokal NTT.
Selanjutnya, boleh jadi, termotivasi dengan upaya Pemerintah Indonesia yang sangat peduli dengan keberadaan ternak lokal, sehingga Meneteri Pertanian telah melakukan penetapan rumpun atau galur ternak spesefik asli/lokal melalui Keputusan Menteri Pertanian dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19 /Permentan /OT.140/2/2008; dan Kepmentan Nomor 427/KPts/SR.120/3/2014 untuk penetapan SO sebagai rumpun ternak lokal.
Kehadiran buku yang tebalnya : 86 halaman ini, patut diapresiasi. Setidaknya, seperti yang dideskripsikan penulis-penulisnya, NTT punya potensi dalam peternakan. Namun hingga saat ini, belum dibuatkan profilnya terutama profil rumpun ternak lokal NTT. Kebanggaan serta kesyukuran perlu direalisasikan serta diwujudkan dalam karya bentuk buku.
Bagaimanapun, sumber daya genetik hewan (SDGH), merupakan unsur penting dalam kegiatan permuliaan ternak dan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi perolehan bibit ternak bermutu, sehingga SDGH tersebut perlu dioptimalkan /dilestarikan dan dimanfaatkan guna menunjang peningkatan produksi ternak, serta perlu dilakukan penetapan dan pelepasan rumpun atau galurnya agar terhindar dari ancaman kepunahan maupun hilangnya kekayaan plasma nutfah kita.
Masyarakat NTT, patut bangga dan bersyukur, karena Pemerintah NTT telah mencanangkan kuda sandelwood sebagai salah satu plasma nutfah ternak yang diprioritaskan untuk ditingkatkan produktivitasnya sebagai alternatif untuk meningkatkan ketahan pangan nasional. Dan tentu untuk kepentingan rekreasi dan pariwisata.
Keunggulan yang dimiliki kuda sandelwood yang dapat dijadikan sebagai indikator penentu untuk dijadikan sebagai Sumber Daya genetik (SDG) hewan selama ini masih banyak belum terungkap. Permasalahan yang terjadi selama ini, adalah adanya kejadian-kejadian penyakit hewan menular seperti surra yang menyerang secara sporadis di beberapa tempat di Pulau Sumba yang dapat menjadi ancaman bagi keberadaan kuda sandelwood.
Untuk mengantisipasi ancaman terhadap keberadaan kuda sandelwood yang memiliki keunggulan kompetetif tersebut, Pemerintah Daerah telah mengusulkan untuk ditetapkan sebagai rumpun ternak NTT kepada Menteri Pertanian sehingga penangannya lebih fokus sekaligus mendapat pengakuan dari berbagai kalangan termasuk perlindungan secara hukum dari negara.
Selain kuda sandelwood, juga dideskripsikan rumpun ternak sapi. Seperti sapi SO adalah salah satu plasma nutfah ternak yang telah lama diperlihara dan berkembang secara turun-temurun di pulau Sumba. Sapi ini bagi masyarakat Sumba telah menyatu dengan ritual adat dan sebagai kearifan lokal karena kwpwmilikan ternak merupakan simbol kesejahteraan, prestise, dan strata sosial dalam masyarakat.