Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pepak, Pemberi Informasi

10 September 2014   12:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:07 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kontingen Manggarai   Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam  Festival Keraton Nusantara (FKN) IX di Kota Bima NTB, selain memperkenalkan seni klasik  seperti tarian Congkasae, dan tarian caci (pecut-memecut) juga membawakan sebuah media informasi. Salah satu alat informasi leluhur Manggarai Prov NTT itu, adalah "Pepak". Media informasi ini, dibawa serta oleh kontingen Festival Keraton Nusantara IX-2014, demikian Ny.Andi Koordinator Seni, dari Manggarai kepada penulis, tadi malam.


Ket.foto: Peserta yang membawakan "pepak" sebuah media informasi bahwa musim tanam telah dimulai (Usman D.Ganggang)

Bagaimana  ceritanya? Pepak ini, kata Hironimus Nikus, seorang punggawa Manggarai, menceritakan bahwa pepak,  terbuat dari bambu, kemudian disambung dengan kayu. Lalu di ujung kayu bagian bawah diselipkan bancik. Kalau musim tanam dimulai, maka pepak ini dibunyikan ketika padi ditanam. Bunyinya beragam sesuai dengan besar kecilnya pepak.

Menurut Bapak Henrikus Hapan dan Bapak Hironimus Nikus, budayawan Manggarai, pepak ini ini dibunyikan oleh 'reba-reba' (pemuda) saat mulai 'pacek' (tanam padi). Dan biasanya para 'inuk molas' (darah manis) selalu memasukkan padi pada lubang hasil gali dari pepak yang dimainkan ole reba-reba. Saat itu pulalah kalau ada yang jatuh cinta, maka berawal dari pepak ini cinta mereka bersemi.

14103029741415493188
14103029741415493188

Para gadis menari tarian klasik Congkasae (foto Usman D.Ganggang)

Tidak hanya itu, menurut Bapak Niko Niku yang juga budaywan terkenal di Manggarai Barat mengatakan, pepak secara harafiah berasal dari kata 'pek dan pak" artinya hasil bunyi dari bambu yang dibunyikan itu. Di sanalah, reba-reba tadi melkukan kegiatan "pel naring"..Iya, pel dari kata "pala" artinya kerja, sedangkan 'naring adalah pujian. Jadi, para 'reba tadi selain bekerja memenuhi kegiatan 'pacek' juga melakukan kegiatan kerja puji (pel naring). Tentu pel naring dalam artian positif.

14103032851427504010
14103032851427504010

Ket.foto: Peserta tarian caci (pecut memecut) berupa adu ketangkasan dalam menangkis pukulan lawan. (Usman D.Ganggang)

Sayang sekali di era modern ini, warga manggarai khususnya Manggarai barat sdh mulai melupakan keeksistensian pepak ini. Padahal pepak dapatlah dikatakan sebagai media informasi bahwa musim tanam sudah dimulai. Iya meski belum ada hujan, tapi kalau sudah memenuhi hitungan musim tanam, maka pepak dibunyikan, sehingga warga turun ke kebun masing-masing untuk memulai tanam.

***) bersambung

Keterangan gambar: yang memegang pepak ini adalah Bapak Hironimus Nikus dan Bapak Hendrikus Hapan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun