Rajutan Tiga Dimensi dari Jakarta singgah di Komodo, lalu ke Kelimutu dan Rote (2)
Oleh Usman D.Ganggang *)
Gadis manis biasa diperebutkan oleh para remaja. Sekitar satu dua bulan. Tetapi tidak masa ke masa, atau dari sati peride ke peiode lain. Iya, aneh juga, rasanya. Sudah diperebutkan, tapi tidak ada masalah. Itulah gaya Sdr.Frase dalam melukiskan bayangan dengan loncatan yang tak disangka-sangka. ***) Sebelumnya….
Tentang kedua: Tampilan empat unsure kreativitas
Menurut Prof Alkaf (Guru Besar pada ITS, Surabaya, dalam Majalah PTK DIKMEN Novmber 2012, halaman : 9), kreativitas merupakan suatu proses bagaimana seseorang menemukan ide-ide baru terkait dengan masalah yang dihadapinya. Dengan menyitir hasil-hasil penelitian Prof.Alkaf menguraikan bahwa yang tergolong ke dalam proses-proses itu adalah kegiatan observasi, asosiasi, bertanya, dan meng-komunikasikan.Dalam puisi Frase , selain proses-proses itu, terlihat pula bahwa puisi-puisinya lahir oleh berbagai macam stimulant. Terutama stimulanyang datang melalui indra penglihatan dan pendengaran.
Bagaimanapun dipahami Frase, paling kurang sebuah karya akan muncul, setidaknya diawali dengan observasi yang cukup luas seperti melalui mengamati, mendengarkan, dan membaca. Tentang hal itu, dapat kita lihat pada puisinya berjudul AMPERA. Kita cermati pada bait1 larik 1 dan 3.
“Ampera, dalam wujud jembatan merah darah”, lalu pada bait kedua, larik 1,2, dan 4,”Ampera hari ini, kau jadi jembatan”, hari ini kau menawar penat, lelah rakyat di pelataran, sejuk musi merangkak sepanjang batang, menatap gagahnya dada anak sampan menuju hulu, melhat indahnya mayang si jelita dirayu bayu”
Lalu pada bait keempat, larik 1 dan 2 “Ampera kau terbentang tegak”. Tampak di sini Sdr.Frase mengobservasi tulisan AMPERA, warnanya merah. Tulisan itu terdapat di atas jembatan. Seputar jembatan menjadi tempat wisata, tempat masyarakat melepas lelah sambil menimati sejuknya udara dari sungai Musi. Melaluisungi itu, hilir mudik sampan-sampan menghantar putra-putri Palembang ke tempat tujuan.
Selain melakukan observasi juga Sdr.Frase hadirkan asosiasi, yaitu menghadirkan analogi, mengaitkan selalu dengan hal lain yang relevanPada puisi Ampera terbaca pada bait 1 sampai IV. Kita mengamati bait I dan I sampai VII. Kemudian kKita mengamati bait I dan III dan pada bait I larik keempat dan kelima, terungkap”karya peduli Multatuli, di tanah Sriwijaya”.
Larik di atas itu, membangkitkan asosiasi historis. Asosiasi akan karya besar Max Havelar, yang akhirnya mengubah system politik penjajahan Belanda atas Indonesia dan asosiasi akan kekayaan kerajaan Sriwijaya yang dahulu kala berpusat sekitar Palembang sekarang. Pada bait III terjadi asosiasi simultan. Ada asosiasi historis ada jugaasosiasi manfaat dan asosiasi masa depan. Bahwa ketika membangun jembatan Ampera banyak korban, darah dan nyawa. Sekarang korban itu disimbolkan dalam tulisan AMPERA yang warna merah. Warna merah itu, ketika gelapdating terutama pada malam hari, terlihat dari jauh. Cahaya merah itu, menjadi tanda untuk menghindari tindakan provokasi, yang menyengsarakan rakyat. Sekaligus juga menjadi pedoman yang menguatkan generasi bangsa dalam pelaksanaan abdi-karya yang penuh tantangan.
Selanjutnya kita cek bertanya (questioning). Mempertanyakan, artinya mempersoalkan sesuatu. Tidak menemima apa adanya- Inquiri. Mempertanyakan artinya berpikir kritis terhadap sesuatu. Dengan cara ini, menurut Sdr.Frase, kita didorong untuk berpikir kreatif, kritis, dan inovatif. Dengan demikian, kreativitas akan muncul. Tentu lain halnya, kalau menerima apa adanya.
Dalam Puisi AMPERA tidak ada satu pun tanda Tanya (?) yang biasanya terdapat pada akhir kalimat. Hal ini tidak berarti, puisi ini lahir tanpa dipertanyakan oleh penyajaknya. Perhatikan bait II. Di sana, penyajaknya mempersoalkan peranjembatan APERA, yang memudahkan setiap orang untuk mengunjungi sama saudaranya dalam rangka menjalin persaudaraan. Demikian pula pada bait IV, dipersoalkan peran jembatan AMPERA yang seolah-olah terus mengimbau anak Nusantara bahwa pengorbanan membangun jembatan itu merupakan bahan refleksi untuk mengutamakan kepentingan dan keselamatan rakyat.
Finalnya, kita cek unsur meng-komunikasikan. Artinya menuangkan imajinasi yang diperoleh ke dalam bentuk-bentuk yang sesuai. Bentuk – bentuk yang sesuai itu, bermacam-macam. Ada yang dalam bentuk patung, ada yang gambar, ada yang berupa nyanyoian, dan lain-lain.Dalam hal ini, Sdr.Frase menuangkannya dalam bentuk puisi. Puisi AMPERA yang ditulisnya ketika menghantar rombongan pramuka dari kabupatennya, yakni Kabupaten manggarai Timur, Flores, NTT.
Puisi-puisi itu dipersembahkannya kepada peserta Jambore Nasional. Tentu termasuk kepada panitianya. Itulah sekelompok kecil dari berbagai ragam bangsa. Dating berinteraksi lalu kembali untuk membangun. Iya, Sdr.Frase hadirkan penggelandangan imajinasinya dalam Kumpulan Samarian. Catatan awal ini, akan menjadi lebih berharga, kalau buku kumpulan puisi karya saudara kita ini dibaca sendiri. Menikmati lariknya yang penuh makna baik yang tersurat maupun tersirat.Iya, menebak-menebak apa yang akan dating, sambil bernalar agar menghasilkan karya nyata yang bermanfaat. Haem…, akhirnya kita sebagai penikmat, terseret ke dalamnya, gara-gararajutan tiga dimensi cetusan Frans Selamat(Frase) putra kelahiran Bangun-Mok Kab.Manggarai Timur-NTT.***) habis.
Kota Kesultanan Bima, 19/10/14
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H