Mohon tunggu...
Usman Bima
Usman Bima Mohon Tunggu... Ilmuwan - profesi sebagai dosen tetap pada STIS Al-Ittihad Bima

Data Diri: Nama: Usman, M. Pd. Tempat tanggal Lahir: Bima, 31 Agustus 1981 Profesi: Dosen Tetap pada STIS Al-Ittihad Bima Hobi: Membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kegiatan Keagamaan Sebatas Seremonial

31 Juli 2024   05:05 Diperbarui: 31 Juli 2024   05:12 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: You Tube (Kegiatan MTQ)

Kegiatan Keagamaan Sebatas Seremonial

Kegiatan keagamaan merupakan niat suci sebagai momentum untuk beribadah yang cukup menaruh perhatian bagi umat Islam sehingga antusias kaum Muslimin untuk berkontribusi dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan tersebut sangat luarbiasa. Para ulama, santri dan tokoh-tokoh agama Islam pada saat itu, rela mengorbankan harta, tenaga dan nyawanya demi berjuang dan mempertahankan kemerdekaan. Sumbangsih pemikiran, faham dan ideologi-pun ditanamkan bagi kita hingga hari ini sehingga menjadi sebuah negara kesatuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan.

Namun sering juga terjadi niat yang suci terbelokkan dengan hal-hal yang seremonial, seperti yang pernah diceritakan oleh Prof Komaruddin Hidayat disalah satu tulisannya, bahwa suatu ketika beberapa penduduk kota hendak melakukan perjalanan ibadah haji dengan mengendarai onta. Karena jarak yang akan ditempuh cukup jauh, maka mereka menyiapkan diri jauh-jauh sebelumnya, mempersiapkan bekal yang cukup untuk suatu perjalanan yang jauh. Sebelum berangkat ada seseorang yang kreatif yang menghiasi ontanya dengan dengan macam-macam hiasan yang bergelantungan pada tubuh onta, sehingga membuat ontanya tampil dengan indah karena banyaknya hiasan yang bergelantungan.

Rupanya kreasi yang diperagakan salah satu peserta tadi mendapat perhatian dari teman-temannya, sehingga akhirnya para calon jemaah haji tadi beramai-ramai menghias ontanya dan berusaha saling mengungguli dalam memberikan kreasi terhadap ontanya. Demikianlah, yang terjadi adalah lomba menghias onta dan mengendarainya. Lalu bagaimana dengan niat hajinya, niat hajinya terkalahkan oleh festival lomba menghias onta, mereka tidak jadi menunaikan ibadah haji melainkan terkalahkan dengan oleh pesta lomba menghias onta, dan ini kemudian menjadi kegiatan seremonial yang dilaksanakan setiap tahun.

Banyak contoh-contoh yang lain, mirip dengan peristiwa lomba menghias onta, yang tadinya adalah niat untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agama. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang terkalahkan dengan kegiatan-kegiatan seremonial sehingga hilang nilai-nilai agama yang sifatnya spritual, terkalahkan oleh kegiatan rutinitas yang tidak punya pengaruh terhadap pengembangan kehidupan spritual.

Salah satu contoh kegiatan keagamaan yang dimaksud adalah kegitan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Al-Quran merupakan pedoman mulia bagi umat Islam serta sumber inspirasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghadirkan kemajuan bagi kehidupan manusia. Karena itu kegiatan MTQ seharusnya merupakan salah satu upaya mensyi'arkan agama Islam. Al-Quran merupakan kitab suci yang syarat dengan motivasi. Melalui kegiatan MTQ, selain bertujuan untuk mensyi'arkan agama islam, juga melestarikan dan membumikan kitab suci Al-Qur'an. 

Kegiatan ini juga sebagai momentum kebangkitan dalam menjadikan umat islam sebagai masyarakat yang Qurani serta dapat memperteguh keimanan dengan mengharap berkah dari Allah SWT. Namun seringkali kegiatan ini dijadikan sebagai wadah untuk berlomba-lomba mempersiapkan diri menampilkan kelebihan agar mendapat puijian dari orang lain misalnya memperlihatkan dekorasi panggung yang indah dan megah, menunjukan kemampuan dihadapan orang, menampilkan gaya berpakaian dan ekspresi yang bagus, itu semua semata-mata hanya untuk mendapatkan apresiasi dari orang lain.

Begitupun juga halnya dengan kegitan keagamaan yakni peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh umat muslim se-dunia seharusnya memiliki makna dan nilai spiritual pada masing-masing diri kita khususnya umat muslim dan hendaknya diambil hikmahnya dan diimplementasikan dalam kehidupannsehari-hari. Bukan sebaliknya jangan hanya sebatas seremonial belaka.

Jadi tidak selalu niat yang baik itu akan terlaksana dengan baik, karena bisa saja terbelokkan dengan hal-hal duniawi yang punya godaan yang kuat dilaksanakan. Niat bisa terbelokkan dengan hal-hal yang bersifat instrumental namun lebih memenuhi tuntutan yang mendatangkan kebanggaan. Semua niat yang baik itu sangat berpotensi terbelokkan oleh orientasi festival yang bersifat instrumental serimonial. Dan tanpa komitmen moral yang kuat dan niat yang teguh spirit keberagamaan kita sangat bisa jadi terjatuh pada retorika belaka yang mengambil bentuk kesalahan formal tanpa ruh.

Jadi niat harus kuat dan harus konsisten terhadap apa yang sudah niatkan, sebab boleh jadi niat itu akan keluar dari rel semula, sehingga apa yang diniatkan semula sangat suci akan terjatuh pada hal-hal yang tidak bermanfaat, mereka terjatuh kepada hal-hal yang sifatnya jangka pendek dan mengorbankan kepada hal-hal yang sifatnya jangka panjang yang memberikan nilai pahala yang lebih agung.

Penulis: Usman, M. Pd.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun