air mengalir deras, Menderu membawa hidup ke tanah tandus, Namun kekeringan tetap bertahan di ladang hati, Tak setetes pun menyentuh jiwa yang layu.
Kita menyaksikanKita mencium aroma makanan yang lezat, Hingga air liur tertelan oleh harapan, Namun tangan tak pernah menjamah, Karena kenikmatan hanya singgah di indra.
Air itu, meski di bawah atap yang sama, Enggan menyapa dahaga yang menunggu, Dan wangi makanan itu, Hanya bayangan yang memeluk kesunyian.
Ini hanyalah ibarat, sebuah umpama, Tentang kita yang menatap kemewahan dunia, Namun lupa mengalirkan air dari tangan, Lupa berbagi hangat dari wangi makanan.
Mungkin, kita adalah ladang yang kering, Karena lupa menyirami diri dengan syukur, Mungkin, kita adalah hidung yang mencium, Namun lupa berbagi meja dengan sesama.
Mari belajar dari air dan aroma, Yang mengajarkan arti berbagi dan merasa, Sebab tanpa itu, kita hanya penonton, Dalam hidup yang melimpah tapi hampa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H