Di layar biru, di balik layar kaca, Mereka mengasah kata jadi senjata. Bukan pedang, bukan tombak berkarat, Hanya kalimat yang diukir licik, tajam, menyayat.
Mereka menabur berita di ladang pikiran, Mengisi ruang dengan kebisingan. Menjual perpecahan, menawar duka, Seakan konflik adalah pesta yang mereka suka.
Media sosial jadi panggung sandiwara, Tanpa tirai, tanpa jeda, tanpa suara nyata. Di sana, kejujuran terbungkam bisu, Yang tersisa hanya gema kata yang palsu.
Di tengah rakyat yang lelah dan letih, Mereka menari di atas bara letih. Konflik politik jadi sajian utama, Sementara nurani perlahan sirna.
Namun di balik keheningan yang tercipta, Ada kita, yang tak diam, tak lupa. Menulis kebenaran di balik dusta, Menghidupkan harapan di tengah duka.
Kompasiana, saksi perjalanan cerita, Ke-100 ini bukan sekadar angka. Ini suara, ini perjuangan kita, Melawan mereka yang bermain kata.
Mari bersatu, menjaga cahaya, Agar dunia tak sepenuhnya gelap gulita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H