Kutinggalkan kampung halaman mengadu nasib di ibu kota. Dengan langkah berat, aku meninggalkan tanah kelahiranku, tempat segala kenangan masa kecil tersimpan rapi.
Kutinggalkan ayah dan ibuku demi sebuah perjuangan. Ada mimpi besar yang ingin kuwujudkan, sebuah harapan untuk merubah nasib menjadi lebih baik. Tapi di setiap langkah, rinduku pada mereka tak pernah surut. Pelukan hangat ayah dan ibu selalu membayang di pelupuk mata, menjadi kekuatan sekaligus kelemahan dalam perjalanan ini.
Kubawa istri dan anakku untuk menapaki jalan penuh liku di tanah rantau. Di tempat baru ini, kami memulai hidup dengan segala keterbatasan. Derita hidup di tanah yang asing harus kami lalui bersama.
Jenuh, lelah, dan bosan sering menghampiri. Ketika mata menyaksikan ketidakadilan yang dipertontonkan terang-terangan, hati ini serasa ingin menyerah. Keserakahan menjadi pemandangan sehari-hari. Intrik dan pengkhianatan tak jarang menghadang langkah, bahkan dari mereka yang semestinya berjalan seiringan.
Namun, aku harus tetap bertahan. Demi cinta pada keluarga, demi harapan yang kutitipkan pada langkah-langkah kecil anakku. Semua ini terpaksa kubayar dengan kesabaran dan pengorbanan tanpa batas.
Merantau adalah perjuangan. Perjalanan yang penuh ujian, namun juga penuh pelajaran. Dan aku percaya, di balik setiap tetes keringat dan air mata, ada harapan akan masa depan yang lebih baik untukku dan keluargaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H