Mohon tunggu...
Usman Bone
Usman Bone Mohon Tunggu... Buruh - Buruh, Kuli, Pembantu

Kumpulan Cerita Pendek, Cerita Rakyat Puisi, Tokoh dan Sosok

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Syukur yang Sunyi

8 November 2024   10:47 Diperbarui: 8 November 2024   11:13 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari ketinggian hotel Mandarin / Usman

Kita harus belajar bersyukur, Saat lelah merayap dan peluh tak surut, Ingatlah, masih ada yang lebih letih, Yang langkahnya berat namun tak pernah gaduh.

Mereka, yang bangun sebelum fajar, Menapaki jalan panjang dengan sabar, Tak bersuara, tak mengeluh keras, Hanya senyum sebagai pelipur rasa lemas.

Di setiap langkah mereka, ada kekuatan, Yang tak tertulis, tak terdengar pekikan, Tapi terpatri dalam keheningan, Kita, hanya bisa belajar dari ketulusan.

Syukur kita terlalu sering terucap lantang, Namun terkadang hampa, bergaung kosong, Sedang mereka, syukur itu dalam tenang, Menjalani hidup, tanpa keluh atau dongeng.

Mari, diam sejenak dalam rasa syukur, Renungi mereka yang tabah tanpa suara, Agar kita mengerti, Bahwa syukur sejati, adalah sunyi yang berdaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun