Kelihatannya kita saudara, tak terpisahkan, Tertawa bersama di bawah langit biru yang cerah, Bersulang atas mimpi dan harapan yang sama, Tapi di balik senyum, ada bisikan yang menghujam.
Akrab di depan, seolah tak pernah ada celah, Namun di belakang, hujatan menjadi bahasa, Seolah lupa akan ikatan yang pernah ada, Kini terbungkus dalam kepalsuan yang membara.
Kita saling memuji saat dunia menyaksikan, Namun di saat sendiri, semua berubah makna, Mengapa senyum menjadi topeng yang kita kenakan, Dan kata-kata menjadi senjata yang menghancurkan?
Mungkin kita pernah bersaudara dalam hati, Namun kini terjebak dalam ironi yang tak terucap, Di depan dunia, kita tetap bersama, Tapi di belakang, kebenaran menjadi rahasia.
Kelihatannya kita saudara, tapi jauh dari itu, Mungkin suatu hari kita bisa jujur, Menyadari bahwa keakraban bukan sekadar kata, Tapi jiwa yang tulus, tanpa hujatan di belakang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H