PUISI - Aku melihatnya dari jauh, Senyumnya manis, wajahnya megah, Bersinar bagaikan dewa, Membawa janji yang indah, seolah surga.
Tapi di balik sorot mata itu, Ada durjana yang tak kasat oleh waktu, Lidahnya licin, penuh tipu daya, Menggulung kebenaran dalam dusta tanpa suara.
Parasnya menawan, menarik setiap hati, Namun jiwanya penuh kelicikan yang tersembunyi, Langkah-langkahnya tenang, bagai elang di langit tinggi, Namun cengkeramannya merenggut, meninggalkan sunyi.
Di hadapannya, aku terpesona sejenak, Tapi aku tahu, ini bukanlah mimpi yang hendak, Ini nyata---durjana yang menyamar, Berparas dewa, namun hatinya mengakar liar.
Aku menyebutnya durjana berparas dewa, Sebuah pesona palsu yang menghancurkan jiwa, Dan di antara kilauannya yang membutakan, Aku tetap berjalan, mencari kebenaran yang tak pernah padam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H